Thursday, January 31, 2008

Pertemuan Tim Wakil Warga GLH-CM - 20 Januari 2008

Sanggar Ciliwung
Minggu, 20 Januari 2008 pk 19.30

Acara ini merupakan konsolidasi tim wakil warga yang sudah terbentuk di masing-masing RT. Diawali dengan paparan kilas balik pertemuan wakil warga dan pengurus RT pada Sabtu, 12 Januari 2008 lalu...acara dilanjutkan dengan presentasi hasil temu warga masing-masing RT oleh para juru bicara tiap RT dan ditutup oleh Shinta yang mempresentasikan usulan program kerja bersama sebagai respon CM atas identifikasi persoalan-persoalan yang menjadi keprihatinan warga.

Berikut petikan presentasi hasil pertemuan di masing-masing RT :

RT 05 RW 012 Bukit Duri
Hasil pertemuan sementara terbentuk 10 orang (saling mengisi)
- Sampah : Koord Dedi
- Kesehatan: Koord Ibu Rosani
- Gizi Buruk: Koord Ibu Amani
- Pendidikan: Koord Ibu Yati
- Air Bersih: Koord Ibu Ita (Ketua RT)
- Tim Pembina: Perangkat RT
Pertemuan yang terjadi lebih mendominasi membicarakan tentang pengolahan sampah, walaupun terjadi kebingungan di warga sendiri dalam permasalahan teknisnya.
Tentang air bersih, sudah adanya tempat atau lahan untuk MCK dan juga ada yang perlu diperbaiki.
Tidak ada anak yang mengalami gizi buruk.
Pertemuan di atas sebenarnya belum tuntas dan menurut rencana akan berlanjut lagi.

RT 06 RW 012 Bukit Duri
Ibu Diana mewakili RT 06 membacakan hasil pertemuan warganya
Hasil pembentukan tim kerja:
- Sampah: Koord. Bpk. D Mulyadi
- Air Bersih: Koord. Bpk. Kurdi
- Kesehatan; Koord. Ibu Malinda
- Gizi Buruk: Koord. Ibu Sadiyah
- Pendidikan: Koord. Ibu Diana
- Tim Pembina: Bpk. Mul (Ketua RT), Bpk. Syamsudin (pengusaha potong ayam di RT 06) & Bpk. Kurdi

Warga RT 06 pada dasarnya menyetujui kerja sama ini. Sesepuh warga berharap agar program kerja ini benar-benar dilakukan dan jangan sampai sia-sia karena hangat di awalnya saja.
Kendala : Kerja pengolahan sampah lebih didominasi dengan kondisi warga yang merasa akan kebauan nantinya.

Air bersih sudah ada sebenarnya, tapi kalau CM ingin rembug untuk pengupayaan air bersih, semuanya akan sangat membantu.
Pada tahun 2002 ada pembangunan saluran air limbah rumah tangga, yang kini sangat mengganggu satu keluarga (rumah) dari warga RT 06, yaitu Ibu Icih

Pak Mulyadi (Ketua RT 06)
:
"Bagaimana caranya (teknis pengelolaan) membahas permasalahan sampah (limbah bulu ayam) yang keberadaannya sangat mengganggu warga".


RT 07 RW 012, Bukit Duri
Pak Komar mewakili RT 07 membacakan hasil pertemuan warga pada 18 Januari 2008.
Air bersih: Koord. Adip
Sampah: Koord. Uteng
Kesehatan & Gizi: Koord. Bu Husein (bu RT)
Pendidikan: Bpk Anto
Tim Pembina: Perangkat RT - Bpk Ganti, Bpk Rosikin

Ada rencana untuk mengadakan waktu belajar bagi anak-anak di RT 07.
Untuk kerja pengolahan sampah ada pertanyaan tentang jenis sampah organik dan non-organik.
Usulannya : apakah sampah-sampah seperti kaleng dapat dimanfaatkan menjadi kerajinan tangan agar bisa menghasilkan yang bermanfaat bagi semua.
Tempat untuk pengelolaan sampah, mudah-mudahan dari tim kita akan mendapatkan dan menemukan lokasi pengelolaannya di RT 07. Usulan konstruksi lokasi tempat pengolahan sampah seharusnya lebih aman.
Masalah posyandu : Apakah pihak CM dapat membantu penambahan makanan bergizi di wilayah kita atau RW 012.

RT 08 RW 012, Bukit Duri
Hasil pertemuan di RT 08 dibacakan oleh Pak Kiwik (pengurus RT 08).
Sampah: Koord. Pak Wiyarto (Kiwik)
Air Bersih: Koord. Bpk. Suyatno
Kesehatan: Koord. Ibu Melfi (Atta)
Gizi: Koord. Ibu Rumiyati
Pendidikan: Koord. Suprapto
Pembina Umum / Penasehat: Bpk. Muh. Yusuf Saleh & Bpk. Isman (Ketua RT 08)

Warga RT 08 sangat mendukung sekali kegiatan-kegiatan ini, terutama sampah. Warga bertanya, di mana tempat pengelolaannya, begitu juga sistim pengelolaannya.

Pak Yusuf (RT 08) :
"Masalah penambahan gizi, di mana kita sering kali menyebut tentang gizi buruk. Kita tidak setuju kalau kita dikatakan permukiman kumuh, tapi kita adalah warga bantaran kali. Mengapa kita mau menyinggung tentang posko penambahan gizi ? Dana yang ada dari pemerintah, tentunya tidak pernah cukup untuk pembiayaan adanya posyandu di wilayah-wilayah. Warga memohon untuk bantuan makanan tambahan bergizi, seperti susu, menimbang berat badan, obat-obatan, vitamin dan makanan dengankandungan gizi yang baik. Untuk sampah, kita juga berfikir bahwa adanya lahan yang khusus untuk pengelolaannya dan tidak jauh dari kita. Yang ada dan menjadi pertanyaan yang mendasar bagi warga adalah, apa yang disebut dengan sampah organik dan non-organik. Mohon penjelasannya, agar warga dapat melakukan pemisahan jenis sampah yang ada di kita".


Isnu (Perwakilan CM) :
Selain tim kerja program, menurut wakil warga dari RT 08 (Ketua RT 08), khususnya di Bukit Duri, agar setiap RT ada penasehat untuk program kerja, yang dapat mengakomodir aktivitas program ini.

RT 10 RW 03 Kampung Pulo
Riza mewakili RT 010 RW 03 Kampung Pulo membacakan hasil pertemuan warga.
Sampah: Koord. Bpk. Rukyat
Air Bersih: Koord. Bpk. Khaidori
Pendidikan: Koord. Bpk. Nurdin
Kesehatan: Koord. Bu Rukmini
Gizi: Koord. Bu Nur
Koord. Umum Sementara: Perangkat RT

Warga menyetujui program kerja ini. Usulan warga, bukan jembatan yang diinginkan untuk dibangun, tetapi eretan, di mana eretan dapat membangun perekonomian beberapa warga di RT 010 dan juga membahas masalah pengangguran.

Pak Nurdin :
"Masalah pendidikan di Pulo adalah belum adanya koordinasi antara anak dengan para orangtuanya. Oleh karena itu ada ide untuk membangun sistim pendidikan seperti study club, di mana tujuannya adalah untuk mengisi waktu yang sering digunakan oleh anak untuk bermain (membuang waktu menurut orangtua). Perwakilan pendidikan dari Kampung Pulo meminta tanggapan dari CM mengenai rencana atau ide di atas, khususnya untuk anak-anak yang putus sekolah, yang selama ini disebut-sebut oleh pemerintah tentang adanya 9 tahun wajib belajar".
Ibu Zulaeha :
"Pertanyaan tentang kesehatan. Bagaimana cara kerja tim kesehatan dalam perencanaannya ?"

Isnu : Di kampung Pulo ada tawaran: kerja sama untuk semua RT, khususnya untuk tempat/lokasi pengolahan sampah dan kompos.
Shinta
(CM) : "Ada kendala, menurut CM (Sandyawan), untuk lokasi pengolahan sampah. Bagaimana menurut warga ?"

Pak Mulyadi
(Ketua RT 06)
:
"Masalah tempat, saya masih menunggu pemilik lahan yang sedang dituju, tapi sampai kini belum ketemu dengan pemiliknya. Di depan Pos RT 06 (Bpk. Alm. H Hasan). Kalau sudah ketemu, nanti akan dinformasikan secepatnya. Bagaimana pelaksanaannya? Apakah setiap RT harus memiliki tempat penampungan atau pengolahan sampahnya? Atau bagaimana? Untuk warga RT 06 dan 07, pembuangan sampah ada di samping rumah ibu Icih, walaupun kini warga akhirnya membuang sampah ke kali juga".

Ibu Ita (Ketua RT 05) :
"Di RT 05 tidak ada lahan lagi. Ada penawaran dari pak Mul (pemilik warung) untuk menggunakan atau melihat dahulu lahan di sebelah warungnya. Tapi hal ini bukan menjadi janji dari pak Mul. Usulannya adalah, sebaiknya ada kerja sama antar RT untuk pengolahan sampah warga".

Diana (RT 06) :
"Kita harus memikirkan kondisi tanah tersebut, karena kiri-kanannya ada warung makanan, walaupun pemilik tanah mengijinkannya. Itu harus dipikirkan juga".

Bu Zulaeha (RT 010) :
"Bagaimana kalau pemilik lahan meminta dana sewa? Walaupun kita belum bertemu dengan pemilik tanahnya".

Shinta (CM) : "Untuk mengantisipasi dari baunya sampah yang akan mengganggu warga sekitarnya, kita akan bahas secara teknis cara atau sistim pengelolaan sampahnya".

Pak Husein
(Ketua RT 07) :
"Sampah menjadi PR kita semua, dimana kita bersama dengan CM dapat membahasnya". Rokib (RT 06) :
"Usulan untuk sampah organik dan non-organik, sebaiknya setiap RT diberi jatah 1 atau 2 tempat, mengingat jaraknya yang cukup jauh. Untuk pendidikan, syukur sekali berjalannya program kerja, khususnya musik, sudah mulai menurun. Tapi khususnya ketika waktu azan dan juga di waktu malam, agar pelatiahan atau bermain gendang harus mengingat waktu, karena kita kan mau beristirahat semuanya".

Shinta (CM) : "Kita punya beberapa alternatif untuk lokasi pengolahan sampah yang datang dari warga sendiri".


Berikut adalah tanggapan-tanggapan warga atas respon CM yang tertuang dalam organigram Program Kerja yang dipresentasikan :


Diana (RT 06) :
"Seumpamanya, kalau kita menemukan hal yang penting di lapangan, apakah boleh kita memasukinya secara mendadak ke dalam program tersebut ?"

Isnu (CM):
"Kalau ada pengembangan dan penambahan program kerja tersebut, kita akan membuka proses dialog, karena adanya kerja sama yang tadi dipaparkan oleh Shinta dalam bentuk program kerja CM".


Bu Ita
(RT 05):
"Agar lembaran program kerja tersebut difotokopi dan dibagikan ke wakil warga".

Bu Iis (RT 07):
"Apa yang dimaksud dengan posko penambahan gizi di dalam paparan tadi ?"

Rina (CM):
"Masalah pos-pos RT yang akan digunakan untuk kerja penambahan gizi, sebenarnya untuk memanfaatkan tempat yang sudah ada di setiap RT".


Ibu Ita
(RT 05):
"Diusulkan, kalau pos-pos penambahan gizi di SC saja, bagaimana? Karena tidak terbentur dengan kerja posyandu dari RW".

Ibu Iis
(RT 07) :
"Boleh saja SC mengadakan program kerja penambahan gizi, tapi menggunakan tempat di SC, karena anak-anaknya juga tidak banyak di lingkungan kita. Tim kerja di setiap RT untuk melakukan kerja pembagian penambahan gizi".

Shinta
(CM) :
"Penggunaan pos RT yang dimaksud adalah merupakan tanggung jawab atau kontribusi warga dari setiap RT, di mana CM menjadi fasilitatornya. Jadi kerja memasak dan sebagainya ada di warga".


Ibu Iis
(RT 07) :
"Posyandu 2 meliput 5 RT, di mana RT 09 dan 010 juga termasuk di dalamnya, agar tidak ada kesalahpahaman bagi warga di kedua RT tersebut".

Shinta
(CM): "Kita akan mempertimbangkan kembali, karena semuanya saling berkorelasi satu sama lainnya. Oleh karena itu, kita akan membicarakannya kembali di pertemuan lainnya".

Ibu Iis
(RT 07):
"Di SC kan ada dokter ahli gizi, maka diusulkan bahwa di SC menjadi sentral aktivitas penambahan gizi".

Suryanto
(CM):
"Kita jangan terjebak dalam permasalahan teknis. Berbicara tentang gerakan, kita harus juga membicarakan bagaimana melakukan gerakan ini, seperti contohnya, apa yang penting bagi kita dalam membahas anak kekurangan gizi. Apa diberi kacang hijau atau bagaimana. Pemerintah sendiri, sebenarnya juga melibatkan warganya secara gotong royong. Kenapa kita tidak melibatkan warga kita juga untuk melakukan program kerja? Mengapa program penambahan gizi mau melibatkan warga, agar warga juga menjadi tahu dan mengerti tentang makanan yang bergizi, sebagai contoh. Keterlibatan warga secara luas, semakin baik".

Ibu Ita (RT 05) :
"Selaku sekretaris RW 012 berterima kasih dengan SC. Kita hanya khawatir akan adanya kecemburuan dengan warga yang lainnya, yang tidak termasuk ke dalam program ini. Yang sudah-sudah, sering kali terjadi perselisihan diantara warga sendiri. Memang kita juga menyadari adanya keterbatasan dana".

Suryanto (CM) :
"Permasalahan teknis. Kalau misalnya bagi warga di RT 05 – 08 ke depannya akan membaik karena adanya program kerja ini, bagaimana kalau kita mengusulkan ke kelurahan, misalnya, untuk di wilayah kita sudah dapat menangani permasalahan ini. Yang penting adalah terlayaninya dengan baik. Perubahan tidak selalu menjadi buruk".

Pak Yusuf (RT 08):
"Pembagian posyandu di tiga tempat sudah benar, dan sudah berjalan. Kita juga tidak mau, warga kita yang termasuk atau mengalami gizi buruk. Walau demikian, CM setiap minggunya dua kali mengadakan pelayanan kesehatan. Selain dari hari itu, warga bisa saja datang ke CM untuk melakukan yang terbaik, karena CM terbuka untuk semua orang Indonesia, tidak hanya untuk warga Bukit Duri. Kesimpulannya, kita sudah membentuk tim dan respons juga, tinggal prakteknya saja. Dari mana kita mau memulai dan di mana lokasinya? Seperti adanya alternatif solusi dari warga sendiri, seperti adanya usulan lokasi dari kita dan juga warga di Pulo".

Isnu (CM):
"Begitu menurut pak Yusuf. Tim kerja sudah terbentuk dan dipersilahkan setiap tim kerja untuk membicarakan langsung dengan tim program.
Mengingat Pembina dan penasehat, kita juga masih mengingat adanya forum warga di Bukit Duri pasca banjir 2002. Kalau masih dibutuhkan keberadaannya, maka forum warga ini dapat terlibat sebagai MPRnya. Mungkin kita bisa mengkonkritkan secara struktur yang lebih jelas lagi. Fungsi dari forum warga: memonitor, melindungi dlsb untuk program kerja bersama kita ini. Usulannya seperti itu. Struktur yang sudah ada diusulkan di waktu lain saja, karena sudah malam dan mengingat besok waktu kerja kembali. (Warga: menghidupkan kembali perangkat yang lama karena adanya kebutuhan, tapi lain waktu saja, karena besok waktu kerja dan kini sudah jam 22.30)".

Shinta (CM):
"Ini akan menjadi PR bersama-sama bagi kita di setiap RT, di mana pembentukan struktur forum warga ke depannya merupakan kebutuhan".


Isnu (CM):
"Kita akan membagikan fotokopi lembar struktur program yang tadi dibutuhkan kita semua. Terima kasih".

Ibu Juleha (RT 010):
"Kapan kita akan kumpul lagi ?"

Warga :
"Mungkin malam minggu besok".

Shinta (CM):
"Saya harap semua yang menjadi tim kerja di tiap RT agar melakukan kerja sosialisasi di wilayahnya masing-masing, apa yang akan dilakukan program kerja yang hari ini kita bicarakan".

Isnu (CM) :
Mempertajam masing-masing tim kerja CM, maka tim kerja warga di masing-masing RT (mulai besok pagi) siap-siap akan kedatangan tamu dari CM. Kita (Tim Wakil Warga) kumpul lagi 2 minggu yang akan datang.



(Liputan Tim Kerja GLH-CM - Deny Tjakra-Adisurja)


No comments: