Wednesday, February 6, 2008

TEOLOGI RAMAH LINGKUNGAN

Artikel KOMPAS - oleh : Yonky Karman (rohaniwan)

Indonesia mendapat kehormatan menjadi tuan rumah Konferensi Ke-13 Para Pihak atau COP-13 dalam Konvensi Kerangka PBB tentang Perubahan Iklim. Sekaligus itu juga tantangan sejauh mana bangsa yang mengklaim diri religius mampu memberi kontribusi positif dari kekayaan tradisikeagamaannya. Klaim agama-agama monoteis, dunia milik Tuhan, tidak serta-merta membuat teologi lingkungan berkembang. Malah, model iman yang berkembang tidak peduli lingkungan. Umat lebih sibuk membela kelurusan ajaran agama (ortodoksi) dan berpretensi sebagai pembela Tuhan, tetapi lambat merespons krisis lingkungan yang belakangan kian mengkhawatirkan.

Meluruskan pemahaman
Penekanan berlebihan tentang kemahakuasaan Tuhan dalam monoteisme tanpa disadari telah melegitimasi eksploitasi alam.
Lynn White Jr, sejarawan abad pertengahan, menuduh agama Kristiani di Barat sebagai agama yang paling antroposentris dalam memposisikan manusia berhadapandengan alam (The Historical Roots of Our Ecologic Crisis, 1967). Dalam cara pandang Kristiani abad pertengahan tentang manusia dan alam, manusia bukan bagian alam, tetapi penguasanya. Demi mandat budaya dariTuhan, alam harus ditaklukkan dan dikuasai. Dalam dualisme alam-manusia, alam ada hanya untuk manusia.

Teknologisme di Barat mendorong perkembangan teknologi sebagai sarana eksploitasi alam. Maka, teknologi berkembang menjadi begitu rumit dan mendominasi dunia ketiga.Semasa abad pertengahan, kemenangan agama Kristiani atas paganisme dirayakan berlebihan. Manusia tradisional mempercayai hutan, gunung, dan alam ada penunggunya. Oleh karena itu, manusia tidak boleh sembarangan mengusik alam. Agama Kristiani menafikan kepercayaan kepada roh-roh seperti itu. Alam hanya ciptaan lebih rendah karena itu boleh dieksploitasi oleh ciptaan yang lebih tinggi.

Dua tahun sebelum White, Harvey Cox, teolog dari Harvard, juga menuduh tradisi Kristiani dengan teologi penciptaannya memisahkan alam dari Tuhan dan memisahkan manusia dari alam (The Secular City : Secularization and Urbanization in Theological Perspective, 19-21). Pemisahan tajam itu membuat manusia kehilangan rasa hormat kepada alam. Alam hanya untuk melayani kepentingan manusia dan obyek eksploitasi belaka. Namun, wacana Kristiani belakangan menyadari ketimpangan cara pandang lama itu. Tuhan tidak hanya dilihat dalam kemahakuasaan dan universalitas-Nya, tetapi juga Tuhan yang peduli lingkungan (Tuhan yang eko universal). Mandat budaya untuk menguasai alam tidak dipahami dalam koridor manusia sebagai penakluk, tetapi sebagai dititipi kewajiban untuk memeliharanya.

Gambaran awal narasi penciptaan dalam Kitab Kejadian adalah penciptaan sebagai penguasaan chaos. Daripada meniadakan chaos, penciptaan mengontrolnya agar tidak menyengsarakan. Jika manusia salah menggunakan kebebasannya, aneka kekuatan chaos akan lepas tak terkendali. Sebagai wakil Allah di Bumi, manusia bertanggung jawab untuk mengontrol aneka kekuatan chaos. Perspektif lingkungan dalam Kitab Kejadian sering dibaca berat sebelah dengan menekankan penguasaan manusia atas alam. Padahal, nuansa kekuatan dalam verba "menaklukkan" dan "menguasai" lebih berarti agar manusia menyelidiki alam, mempelajari hukum-hukumnya, mengeksplorasinya. Semua itu bukan pekerjaan ringan.

Maka, tiada korelasi antara mandat untuk menaklukkan alam dan tuduhan bahwa Alkitab tak peduli lingkungan. Justru sebaliknya.Setelah diciptakan, manusia ditempatkan di Taman Eden untuk memeliharanya. Itulah bentuk nyata penguasaan atas alam. Manusia adalah person dalam relasi dengan Tuhan dan secara hierarkis lebihtinggi dari alam. Namun, manusia juga sekelompok dengan alam dalam relasi keterbatasan dan kefanaan. ’adam berasal dari ’adama (tanah).Sebagai bagian alam, nasib manusia mengikuti nasib lingkungan. Kehancuran lingkungan juga kehancuran manusia.

Tanggung jawab ekologis
Maka, teologi penciptaan menegaskan tanggung jawab ekologis manusia. Maksud manusia menguasai Bumi adalah agar alam dimanfaatkan untuk kesejahteraan manusia dan anak cucunya. Pada gilirannya karunia alam mendorong puji syukur kepada Allah yang mahabaik. Alam bukan untuk memenuhi kerakusan manusia. Penguasaan atas alam terkait dengan kesejahteraan yang berkelanjutan.Penguasaan atas alam dibatasi tujuan penguasaan itu sendiri, yakni demi kesejahteraan bersama. Maka, wujud penguasaan manusia atas alam bukan menggunduli hutan, mengeruk pasir yang menimbulkan abrasi, atau membuang sampah sembarangan.

Memelihara Bumi dan tidak merusak ekosistem adalah bukti penguasaan diri manusia. Dunia adalah tempat tinggal bersama yang sesama penghuninya hidup bergantung. Wujud kuasa manusia atas alam terlihat dalam batasan mandat untuk memeliharanya. Perilaku ramah lingkungan adalah bagian iman, salah satu ujian iman yang membumi. Maka, bencana alam yang sedang mendera kita bukan hanya fenomena alam, tetapi karena kelalaian kita sebagai pemangku tanggung jawab ekologis.

Semula bukan hanya langit dan Bumi diciptakan Tuhan, tetapi manusia dan taman. Manusia ditakdirkan hidup dalam taman, dalam suatu ketergantungan. Taman bagi lurah adalah wilayah kelurahan, kecamatan bagi camat, kabupaten bagi bupati, kota bagi wali kota, provinsi bagi gubernur, dan negeri bagi presiden. Pejabat yang dengan enteng meyakinkan rakyat bahwa bencana adalah fenomena alam sedang lari dari tanggung jawab publiknya. Kita masing-masing mempunyai taman yang perlu dipelihara. Rumah dan lingkungan sekitar, kantor, jalan yang kita lalui. Di mana kita berada, lingkungan adalah taman yang harus dipelihara.

Thursday, January 31, 2008

Pertemuan Tim Wakil Warga GLH-CM - 20 Januari 2008

Sanggar Ciliwung
Minggu, 20 Januari 2008 pk 19.30

Acara ini merupakan konsolidasi tim wakil warga yang sudah terbentuk di masing-masing RT. Diawali dengan paparan kilas balik pertemuan wakil warga dan pengurus RT pada Sabtu, 12 Januari 2008 lalu...acara dilanjutkan dengan presentasi hasil temu warga masing-masing RT oleh para juru bicara tiap RT dan ditutup oleh Shinta yang mempresentasikan usulan program kerja bersama sebagai respon CM atas identifikasi persoalan-persoalan yang menjadi keprihatinan warga.

Berikut petikan presentasi hasil pertemuan di masing-masing RT :

RT 05 RW 012 Bukit Duri
Hasil pertemuan sementara terbentuk 10 orang (saling mengisi)
- Sampah : Koord Dedi
- Kesehatan: Koord Ibu Rosani
- Gizi Buruk: Koord Ibu Amani
- Pendidikan: Koord Ibu Yati
- Air Bersih: Koord Ibu Ita (Ketua RT)
- Tim Pembina: Perangkat RT
Pertemuan yang terjadi lebih mendominasi membicarakan tentang pengolahan sampah, walaupun terjadi kebingungan di warga sendiri dalam permasalahan teknisnya.
Tentang air bersih, sudah adanya tempat atau lahan untuk MCK dan juga ada yang perlu diperbaiki.
Tidak ada anak yang mengalami gizi buruk.
Pertemuan di atas sebenarnya belum tuntas dan menurut rencana akan berlanjut lagi.

RT 06 RW 012 Bukit Duri
Ibu Diana mewakili RT 06 membacakan hasil pertemuan warganya
Hasil pembentukan tim kerja:
- Sampah: Koord. Bpk. D Mulyadi
- Air Bersih: Koord. Bpk. Kurdi
- Kesehatan; Koord. Ibu Malinda
- Gizi Buruk: Koord. Ibu Sadiyah
- Pendidikan: Koord. Ibu Diana
- Tim Pembina: Bpk. Mul (Ketua RT), Bpk. Syamsudin (pengusaha potong ayam di RT 06) & Bpk. Kurdi

Warga RT 06 pada dasarnya menyetujui kerja sama ini. Sesepuh warga berharap agar program kerja ini benar-benar dilakukan dan jangan sampai sia-sia karena hangat di awalnya saja.
Kendala : Kerja pengolahan sampah lebih didominasi dengan kondisi warga yang merasa akan kebauan nantinya.

Air bersih sudah ada sebenarnya, tapi kalau CM ingin rembug untuk pengupayaan air bersih, semuanya akan sangat membantu.
Pada tahun 2002 ada pembangunan saluran air limbah rumah tangga, yang kini sangat mengganggu satu keluarga (rumah) dari warga RT 06, yaitu Ibu Icih

Pak Mulyadi (Ketua RT 06)
:
"Bagaimana caranya (teknis pengelolaan) membahas permasalahan sampah (limbah bulu ayam) yang keberadaannya sangat mengganggu warga".


RT 07 RW 012, Bukit Duri
Pak Komar mewakili RT 07 membacakan hasil pertemuan warga pada 18 Januari 2008.
Air bersih: Koord. Adip
Sampah: Koord. Uteng
Kesehatan & Gizi: Koord. Bu Husein (bu RT)
Pendidikan: Bpk Anto
Tim Pembina: Perangkat RT - Bpk Ganti, Bpk Rosikin

Ada rencana untuk mengadakan waktu belajar bagi anak-anak di RT 07.
Untuk kerja pengolahan sampah ada pertanyaan tentang jenis sampah organik dan non-organik.
Usulannya : apakah sampah-sampah seperti kaleng dapat dimanfaatkan menjadi kerajinan tangan agar bisa menghasilkan yang bermanfaat bagi semua.
Tempat untuk pengelolaan sampah, mudah-mudahan dari tim kita akan mendapatkan dan menemukan lokasi pengelolaannya di RT 07. Usulan konstruksi lokasi tempat pengolahan sampah seharusnya lebih aman.
Masalah posyandu : Apakah pihak CM dapat membantu penambahan makanan bergizi di wilayah kita atau RW 012.

RT 08 RW 012, Bukit Duri
Hasil pertemuan di RT 08 dibacakan oleh Pak Kiwik (pengurus RT 08).
Sampah: Koord. Pak Wiyarto (Kiwik)
Air Bersih: Koord. Bpk. Suyatno
Kesehatan: Koord. Ibu Melfi (Atta)
Gizi: Koord. Ibu Rumiyati
Pendidikan: Koord. Suprapto
Pembina Umum / Penasehat: Bpk. Muh. Yusuf Saleh & Bpk. Isman (Ketua RT 08)

Warga RT 08 sangat mendukung sekali kegiatan-kegiatan ini, terutama sampah. Warga bertanya, di mana tempat pengelolaannya, begitu juga sistim pengelolaannya.

Pak Yusuf (RT 08) :
"Masalah penambahan gizi, di mana kita sering kali menyebut tentang gizi buruk. Kita tidak setuju kalau kita dikatakan permukiman kumuh, tapi kita adalah warga bantaran kali. Mengapa kita mau menyinggung tentang posko penambahan gizi ? Dana yang ada dari pemerintah, tentunya tidak pernah cukup untuk pembiayaan adanya posyandu di wilayah-wilayah. Warga memohon untuk bantuan makanan tambahan bergizi, seperti susu, menimbang berat badan, obat-obatan, vitamin dan makanan dengankandungan gizi yang baik. Untuk sampah, kita juga berfikir bahwa adanya lahan yang khusus untuk pengelolaannya dan tidak jauh dari kita. Yang ada dan menjadi pertanyaan yang mendasar bagi warga adalah, apa yang disebut dengan sampah organik dan non-organik. Mohon penjelasannya, agar warga dapat melakukan pemisahan jenis sampah yang ada di kita".


Isnu (Perwakilan CM) :
Selain tim kerja program, menurut wakil warga dari RT 08 (Ketua RT 08), khususnya di Bukit Duri, agar setiap RT ada penasehat untuk program kerja, yang dapat mengakomodir aktivitas program ini.

RT 10 RW 03 Kampung Pulo
Riza mewakili RT 010 RW 03 Kampung Pulo membacakan hasil pertemuan warga.
Sampah: Koord. Bpk. Rukyat
Air Bersih: Koord. Bpk. Khaidori
Pendidikan: Koord. Bpk. Nurdin
Kesehatan: Koord. Bu Rukmini
Gizi: Koord. Bu Nur
Koord. Umum Sementara: Perangkat RT

Warga menyetujui program kerja ini. Usulan warga, bukan jembatan yang diinginkan untuk dibangun, tetapi eretan, di mana eretan dapat membangun perekonomian beberapa warga di RT 010 dan juga membahas masalah pengangguran.

Pak Nurdin :
"Masalah pendidikan di Pulo adalah belum adanya koordinasi antara anak dengan para orangtuanya. Oleh karena itu ada ide untuk membangun sistim pendidikan seperti study club, di mana tujuannya adalah untuk mengisi waktu yang sering digunakan oleh anak untuk bermain (membuang waktu menurut orangtua). Perwakilan pendidikan dari Kampung Pulo meminta tanggapan dari CM mengenai rencana atau ide di atas, khususnya untuk anak-anak yang putus sekolah, yang selama ini disebut-sebut oleh pemerintah tentang adanya 9 tahun wajib belajar".
Ibu Zulaeha :
"Pertanyaan tentang kesehatan. Bagaimana cara kerja tim kesehatan dalam perencanaannya ?"

Isnu : Di kampung Pulo ada tawaran: kerja sama untuk semua RT, khususnya untuk tempat/lokasi pengolahan sampah dan kompos.
Shinta
(CM) : "Ada kendala, menurut CM (Sandyawan), untuk lokasi pengolahan sampah. Bagaimana menurut warga ?"

Pak Mulyadi
(Ketua RT 06)
:
"Masalah tempat, saya masih menunggu pemilik lahan yang sedang dituju, tapi sampai kini belum ketemu dengan pemiliknya. Di depan Pos RT 06 (Bpk. Alm. H Hasan). Kalau sudah ketemu, nanti akan dinformasikan secepatnya. Bagaimana pelaksanaannya? Apakah setiap RT harus memiliki tempat penampungan atau pengolahan sampahnya? Atau bagaimana? Untuk warga RT 06 dan 07, pembuangan sampah ada di samping rumah ibu Icih, walaupun kini warga akhirnya membuang sampah ke kali juga".

Ibu Ita (Ketua RT 05) :
"Di RT 05 tidak ada lahan lagi. Ada penawaran dari pak Mul (pemilik warung) untuk menggunakan atau melihat dahulu lahan di sebelah warungnya. Tapi hal ini bukan menjadi janji dari pak Mul. Usulannya adalah, sebaiknya ada kerja sama antar RT untuk pengolahan sampah warga".

Diana (RT 06) :
"Kita harus memikirkan kondisi tanah tersebut, karena kiri-kanannya ada warung makanan, walaupun pemilik tanah mengijinkannya. Itu harus dipikirkan juga".

Bu Zulaeha (RT 010) :
"Bagaimana kalau pemilik lahan meminta dana sewa? Walaupun kita belum bertemu dengan pemilik tanahnya".

Shinta (CM) : "Untuk mengantisipasi dari baunya sampah yang akan mengganggu warga sekitarnya, kita akan bahas secara teknis cara atau sistim pengelolaan sampahnya".

Pak Husein
(Ketua RT 07) :
"Sampah menjadi PR kita semua, dimana kita bersama dengan CM dapat membahasnya". Rokib (RT 06) :
"Usulan untuk sampah organik dan non-organik, sebaiknya setiap RT diberi jatah 1 atau 2 tempat, mengingat jaraknya yang cukup jauh. Untuk pendidikan, syukur sekali berjalannya program kerja, khususnya musik, sudah mulai menurun. Tapi khususnya ketika waktu azan dan juga di waktu malam, agar pelatiahan atau bermain gendang harus mengingat waktu, karena kita kan mau beristirahat semuanya".

Shinta (CM) : "Kita punya beberapa alternatif untuk lokasi pengolahan sampah yang datang dari warga sendiri".


Berikut adalah tanggapan-tanggapan warga atas respon CM yang tertuang dalam organigram Program Kerja yang dipresentasikan :


Diana (RT 06) :
"Seumpamanya, kalau kita menemukan hal yang penting di lapangan, apakah boleh kita memasukinya secara mendadak ke dalam program tersebut ?"

Isnu (CM):
"Kalau ada pengembangan dan penambahan program kerja tersebut, kita akan membuka proses dialog, karena adanya kerja sama yang tadi dipaparkan oleh Shinta dalam bentuk program kerja CM".


Bu Ita
(RT 05):
"Agar lembaran program kerja tersebut difotokopi dan dibagikan ke wakil warga".

Bu Iis (RT 07):
"Apa yang dimaksud dengan posko penambahan gizi di dalam paparan tadi ?"

Rina (CM):
"Masalah pos-pos RT yang akan digunakan untuk kerja penambahan gizi, sebenarnya untuk memanfaatkan tempat yang sudah ada di setiap RT".


Ibu Ita
(RT 05):
"Diusulkan, kalau pos-pos penambahan gizi di SC saja, bagaimana? Karena tidak terbentur dengan kerja posyandu dari RW".

Ibu Iis
(RT 07) :
"Boleh saja SC mengadakan program kerja penambahan gizi, tapi menggunakan tempat di SC, karena anak-anaknya juga tidak banyak di lingkungan kita. Tim kerja di setiap RT untuk melakukan kerja pembagian penambahan gizi".

Shinta
(CM) :
"Penggunaan pos RT yang dimaksud adalah merupakan tanggung jawab atau kontribusi warga dari setiap RT, di mana CM menjadi fasilitatornya. Jadi kerja memasak dan sebagainya ada di warga".


Ibu Iis
(RT 07) :
"Posyandu 2 meliput 5 RT, di mana RT 09 dan 010 juga termasuk di dalamnya, agar tidak ada kesalahpahaman bagi warga di kedua RT tersebut".

Shinta
(CM): "Kita akan mempertimbangkan kembali, karena semuanya saling berkorelasi satu sama lainnya. Oleh karena itu, kita akan membicarakannya kembali di pertemuan lainnya".

Ibu Iis
(RT 07):
"Di SC kan ada dokter ahli gizi, maka diusulkan bahwa di SC menjadi sentral aktivitas penambahan gizi".

Suryanto
(CM):
"Kita jangan terjebak dalam permasalahan teknis. Berbicara tentang gerakan, kita harus juga membicarakan bagaimana melakukan gerakan ini, seperti contohnya, apa yang penting bagi kita dalam membahas anak kekurangan gizi. Apa diberi kacang hijau atau bagaimana. Pemerintah sendiri, sebenarnya juga melibatkan warganya secara gotong royong. Kenapa kita tidak melibatkan warga kita juga untuk melakukan program kerja? Mengapa program penambahan gizi mau melibatkan warga, agar warga juga menjadi tahu dan mengerti tentang makanan yang bergizi, sebagai contoh. Keterlibatan warga secara luas, semakin baik".

Ibu Ita (RT 05) :
"Selaku sekretaris RW 012 berterima kasih dengan SC. Kita hanya khawatir akan adanya kecemburuan dengan warga yang lainnya, yang tidak termasuk ke dalam program ini. Yang sudah-sudah, sering kali terjadi perselisihan diantara warga sendiri. Memang kita juga menyadari adanya keterbatasan dana".

Suryanto (CM) :
"Permasalahan teknis. Kalau misalnya bagi warga di RT 05 – 08 ke depannya akan membaik karena adanya program kerja ini, bagaimana kalau kita mengusulkan ke kelurahan, misalnya, untuk di wilayah kita sudah dapat menangani permasalahan ini. Yang penting adalah terlayaninya dengan baik. Perubahan tidak selalu menjadi buruk".

Pak Yusuf (RT 08):
"Pembagian posyandu di tiga tempat sudah benar, dan sudah berjalan. Kita juga tidak mau, warga kita yang termasuk atau mengalami gizi buruk. Walau demikian, CM setiap minggunya dua kali mengadakan pelayanan kesehatan. Selain dari hari itu, warga bisa saja datang ke CM untuk melakukan yang terbaik, karena CM terbuka untuk semua orang Indonesia, tidak hanya untuk warga Bukit Duri. Kesimpulannya, kita sudah membentuk tim dan respons juga, tinggal prakteknya saja. Dari mana kita mau memulai dan di mana lokasinya? Seperti adanya alternatif solusi dari warga sendiri, seperti adanya usulan lokasi dari kita dan juga warga di Pulo".

Isnu (CM):
"Begitu menurut pak Yusuf. Tim kerja sudah terbentuk dan dipersilahkan setiap tim kerja untuk membicarakan langsung dengan tim program.
Mengingat Pembina dan penasehat, kita juga masih mengingat adanya forum warga di Bukit Duri pasca banjir 2002. Kalau masih dibutuhkan keberadaannya, maka forum warga ini dapat terlibat sebagai MPRnya. Mungkin kita bisa mengkonkritkan secara struktur yang lebih jelas lagi. Fungsi dari forum warga: memonitor, melindungi dlsb untuk program kerja bersama kita ini. Usulannya seperti itu. Struktur yang sudah ada diusulkan di waktu lain saja, karena sudah malam dan mengingat besok waktu kerja kembali. (Warga: menghidupkan kembali perangkat yang lama karena adanya kebutuhan, tapi lain waktu saja, karena besok waktu kerja dan kini sudah jam 22.30)".

Shinta (CM):
"Ini akan menjadi PR bersama-sama bagi kita di setiap RT, di mana pembentukan struktur forum warga ke depannya merupakan kebutuhan".


Isnu (CM):
"Kita akan membagikan fotokopi lembar struktur program yang tadi dibutuhkan kita semua. Terima kasih".

Ibu Juleha (RT 010):
"Kapan kita akan kumpul lagi ?"

Warga :
"Mungkin malam minggu besok".

Shinta (CM):
"Saya harap semua yang menjadi tim kerja di tiap RT agar melakukan kerja sosialisasi di wilayahnya masing-masing, apa yang akan dilakukan program kerja yang hari ini kita bicarakan".

Isnu (CM) :
Mempertajam masing-masing tim kerja CM, maka tim kerja warga di masing-masing RT (mulai besok pagi) siap-siap akan kedatangan tamu dari CM. Kita (Tim Wakil Warga) kumpul lagi 2 minggu yang akan datang.



(Liputan Tim Kerja GLH-CM - Deny Tjakra-Adisurja)


Wednesday, January 30, 2008

Temu Warga RT 05 / RW 12, Bukit Duri - 18 Januari 2008

Rumah Ibu Rita (Ketua RT 05, Bukit Duri)
Jumat, 18 Januari 2008 pk. 20.00

Pertemuan warga RT 05 terjadi tanpa perwakilan dari CM, karena waktu penyelenggaraannya bersamaan dengan pertemuan warga RT 06 dan RT 07.

Hasil rembugan warga dalam pertemuan dipaparkan Ibu Rita kepada Isnu (Perwakilan CM) sebagai berikut :

Secara perinsip warga disini sangat mendukung dan siap berpartisipasi dalam
pelaksanaan program kerja bersama ini. Hanya warga masih bingung teknisnya gimana, karena kita semua tahu kalau disini wilayahnya sangat sempit dan padat. Jadi, misalkan soal pengolahan sampah, jelas ditempat kami tidak ada tempatnya.

Isnu (Perwakilan CM) : sT
entang pengolahan sampah ini, kami sadar betul akan terbatasnya ruang/lahan disekitar kita. Maka dari itu, kita selenggarakan program ini secara bersama (terpadu) dengan RT lainnya. Dengan harapan di RT lain ada cukup lahan untuk tempat pengolahan sampah ini. Sedangkan bagaimana teknis detil kerjanya dan fasilitas apa saja yang dibutuhkan (perencanaan dan konsepnya), akan dirembukkan bersama di dalam Tim Kerja Warga (gabungan antar RT) untuk Program Sampah bersama pendamping dari Sanggar Ciliwung

Ibu Rita : Pengurus di RT.05 ini masih baru, terpilih pada bulan November tahun lalu, dengan susunan pengurus semua Perempuan. Sehingga masih sedang dalam penataan kerja internal. Begitu juga kepengurusan di tingkat RW masih baru, terpilih pada bulan Desember tahun lalu. Perlu diketahui juga, bahwa Ketua RW.12 sekarang adalah Bp. Muhamad (Mumu), mantan Ketua RT.05 pada masa kerja sebelumnya. Ibu RT.05 ini, selain disibukkan dengan pembenahan kerja intern RT, juga terlibat dalam kepengurusan baru di tingkat RW.12, seperti menjadi Pengurus PKK RW.12 (yang baru dibentuk pada tanggal 17 Januari 2008 yang lalu). PKK adalah yang selama ini mengelola kerja Posyandu di tingkat RW.12. Jadi, saat ini sedang akan dilakukan peremajaan pengurus (Kader) Posyandu di RW.12 yang terbagi dalam tiga Pos.


Selama baru sekitar sebulan menjadi Ketua RT.05, wilayah ini sudah terkena musibah banjir pada awal Januari kemarin. Seperti masa-masa sebelumnya, jika ada banjir di wilayah ini langsung berdiri macam-macam bendera Posko Korban banjir (dari Ormas, LSM, Parpol, dll). Sejak kepemimpinan Ibu Rita ini, pada banjir kemarin, kebijakan yang dibuat adalah melarang berdirinya Posko-posko Korban Banjir atas nama apapun (Parpol, Ormas, LSM, dll) kecuali Posko atas nama warga RT.05 RW.12 Bukit Duri. Alasannya sederhana saja, agar bantuan yang ada bisa terkontrol, transparan, tepat sasaran, dan merata diterima para warga-korban banjir.
Termasuk sikapnya dengan Pers, Ibu Rita tidak mau menerima peliputan dari media apapun (cetak/elektronik, lokal/nasional) tanpa ada kontribusi (bantuan) langsung yang bisa bermanfaat bagi warga-korban. Jadi, kemarin banyak media yang dia tolak dan diusir dari wilayahnya, padahal beberapa sudah siap dengan perlengkapan (alat) siaran, tetap juga disuruh pergi dari wilayahnya.

Jadi, secara prinsip, kegiatan apapun dan kerja sama dengan siapapun bisa saja, asalkan benar-benar untuk pemberdayaan dan dengan identitas warga sendiri, agar warga tidak dimanfaatkan untuk popularitas dan kepentingan pihak lain.

Tentang Tim Kerja Warga secepatnya akan dibentuk, dan akan dilaporkan langsung nanti dalam Pertemuan antar RT yang akan diselenggarakan hari Minggu, 20 Januari 2008 di Sanggar Ciliwung.


Temu Warga RT 06 / RW 12, Bukit Duri - 18 Januari 2008

Pos RT 06/ RW 12, Bukit Duri
Jumat, 18 Januari 2008 - pk. 20.30

Hadirin :
Pak Mulyadi (Ketua RT)
Ibu Diana (Sekretaris RT)
Rokhib (Bendahara RT)
Pak Men-Ayam
Bp. D Mulyadi
Para warga, kaum muda
Isnu Handono, Rina Sulastri, Eko
(Perwakilan CM)

Pertemuan dimulai dengan pengantar oleh Ibu Diana (Sekretaris RT.06) disambung dengan ramah tamah, sambutan dari perwakilan Sanggar Ciliwung dan diakhiri dengan pembentukan Tim Kerja Warga yang dipimpin oleh Bp. Mulyadi (Ketua RT 06)

Ibu Diana (Sekretaris RT.06):
"Pertemuan ini adalah kelanjutan dari yang telah diputuskan dalam pertemuan di Sanggar Ciliwung pada hari Sabtu, 12 Januari 2008 yang lalu. Pertemuan tersebut dihadiri oleh perwakilan warga dari RT.05, 06, 07, 08 RW.12 Bukit Duri dan RT.10 RW.03 Kp. Pulo. Dengan difasilitasi oleh Sanggar Ciliwung, pertemuan tersebut membahas tentang persoalan / keprihatinan warga bersama di wilayah kita ini, sehingga terungkap ada dua-belasan persoalan yang menjadi keprihatinan kita bersama. Kemudian persoalan tersebut dikelompokkan menjadi lima persoalan besar yang dimungkinkan untuk dicari penyelesaiannya secara bersama-sama (gotong royong). Lima persoalan tersebut menjadi rencana kerja bersama kedepan, yaitu: Pengolahan sampah & Lingkungan hidup, Air bersih, Gizi buruk, Kesehatan, dan Pendidikan. Untuk itu, dimasing-masing RT harus dibentuk Tim Kerja Warga yang terbagi dalam lima program kerja tersebut. Saya berharap pertemuan ini bisa menentukan wakil warga yang masuk dalam Tim Kerja.

Pak D. Mulyadi :
"Saya sangat setuju dengan rencana mengolah sampah agar kampung kita makin bersih dan sehat. Nah, tinggal teknisnya seperti apa, sampah dikumpul dimana, dengan tempat seperti apa? Apakah harus dipilah sejak dari rumah kita masing-masing atau ada petugas yang milah? Bagaimana dengan sampah yang tidak bisa diolah menjadi kompos, seperti plastik?"

Pak Men-ayam :
"Bagaimana proses pengolahan sampah menjadi pupuk? Terus pupuk itu mau buat apa? Apakah pengolahan sampah ini juga bisa mengolah sampah bulu ayam? Selama ini pemotongan ayam ditempat saya, bulunya saya buang ke kali. Sampah bulu ayam yang ada dalam kondisi basah, dan dalam waktu sehari saja sudah bau busuk-menyengat. Kalau bisa diolah, khan kita bisa mengajak juga para pemotong ayam yang lain. Saya sangat mendukung rencana ini".

Ibu Napsiah (Ibu Joni) :
"Saya sangat setuju dengan rencana ini. Hanya saya ingin sampaikan tentang situasi MCK di samping rumah saya (depan sanggar), bahwa selama ini sistem kelola secara kolektif tidak berjalan (macet), sehingga kondisinya nampak kotor dan bau. Jadi, saya mohon kepada Pak RT untuk bisa membantu menyadarkan warganya (khususnya pengguna MCK tersebut) agar bisa menjaga dan mengelola dengan baik secara bersama. Perlu dipertimbangkan juga, bahwa MCK ini khan ada di depannya Sanggar yang sering ada tamu yang bermacam-macam, dari warga biasa, orang asing (luar negeri), sampai pejabat Menteri. Jika nampak jorok, khan kita juga yang ikut malu".

Ibu Ichi :
"Saya hanya menginformasikan, kalau saluran air di samping rumah saya yang dulu pernah dibangun bersama sanggar itu sekarang sering meluber sampai ke rumah saya. Apalagi air yang meluber itu ada juga kotoran manusianya. Jadi, saya mohon dengan adanya program ini, hal tersebut diperhatikan juga. Kemarin memang sudah ada ”orang dari Sanggar” (maksudnya, Deny) yang melihat langsung saluran tersebut".

Isnu (Perwakilan CM) :
"Terimakasih atas kesempatan yang diberikan kepada saya. Benar apa yang disampaikan oleh ibu Diana dalam pengantarnya tadi, bahwa pertemuan ini adalah mandat (rekomendasi) dari pertemuan di Sanggar pada hari Sabtu 12 Januari 2008 yang lalu. Saya ingin melengkapi paparan dari Ibu Diana tadi, dengan menyampaikan beberapa hal (persoalan) yang dibahas dalam temu warga yang lalu, sekaligus menaggapi paparan dan pertanyaan dari beberapa warga tadi. Semoga apa yang saya sampaikan ini bisa juga menjadi pertimbangan forum ini dalam menentukan tim kerja warga dan pelaksanaan kelima program kerja bersama tersebut, yaitu:
o Bahwa program tersebut merupakan alternatif solusi yang paling bisa kita kerjakan secara bersama-sama (gotong royong) untuk menjawab keprihatinan (persoalan) kita bersama. Sehingga manfaat dari program ini bisa dirasakan bersama dan juga dijaga / dikelola bersama, bukan personal / perseorangan.

o Kelima program tersebut merupakan gerakan bersama berbasis lingkungan hidup, yang meliputi:
Pendidikan
Yang dimaksud disini adalah pendidikan berbasis lingkungan hidup. Sederhananya, pendidikan menjadi media bagi anak-anak dan remaja untuk mengenali secara mendalam (belajar) lingkungan hidup sendiri. Diharapkan anak-anak dan remaja bisa memperbaiki pola hidupnya untuk ramah dan cinta dengan lingkungannya sendiri. Jadi, tidak mengadakan sekolah formal seperti jenjang sekolah yang ada. Bagaimana bentuk dan teknis kerjanya, silakan nanti tim kerja terpilih mengonsep itu bersama-sama dengan tim kerja dari RT lain, termasuk dengan pendamping dari Sanggar Ciliwung.

Air Bersih
Merupakan media untuk membangun kesadaran bersama tentang pentingnya air bersih, dengan mengenali secara mendalam kandungan-kandungan di dalamnya agar proposional bagi pemenuhan kesehatan bersama. Dengan demikian warga bisa mengelola dan menjaga secara kolektif (bersama) sumber air bersih dan penggunaannya. Jadi, kelak jika ini sudah berjalan, bisa membuat sistem perawatan dan kelola secara kolektif (bersama) yang disepakati dan dilaksanakan oleh warganya. Insya Alloh, jika berjalan demikian tidak lagi muncul persoalan (kasus) semacam yang disampaikan oleh Ibu Napsiah tadi. Tetapi untuk jangka pendek (mendesak), persoalan yang disampaikan oleh Ibu Napsiah tadi hendaknya bisa secepatnya ditanggapi oleh Pak RT dan jajaran pengurusnya dengan memberikan pemecahan (solusi) bersama para pengguna MCK tersebut.
Tentang informasi kondisi saluran air yang disampaikan Ibu Ichi tadi, saya berharap tim kerja nanti bisa membantu pemecahannya secara bersama. Yang penting perinsipnya, pemecahan ini harus untuk kepentingan bersama (bukan pribadi).
Kembali ke program air bersih, bagaimana bentuk dan teknis kerjanya, silakan nanti tim kerja terpilih mengonsep dan merencanakan itu bersama-sama dengan tim kerja dari RT lain, termasuk dengan pendamping dari Sanggar Ciliwung.

Pengolahan sampah
Program ini hendaknya merupakan media untuk membangun kesadaran warga bersama tentang baik-buruknya sampah dalam keterkaitannya dengan kehidupan kita, khususnya di lingkungan kita. Diharapkan bisa terbangun kesadaran bersama, sehingga terwujud perilaku hidup baru, yang ”ramah” terhadap sampah kita.
Menanggapi pertanyaan Pak Mulyadi tadi, bahwa benar dalam pengelolaan sampah ini harus dilakukan pemilahan sejak dari rumah kita masing-masing (keluarga). Dengan demikian kesadaran akan pengelolaan sampah (perilaku hidup baru) ini bisa terwujud sejak dari rumah tangga (masing-masing warga). Sampah yang disebut Pak Mul bisa diolah menjadi kompos itu namanya sampah organik, seperti sayuran, sisa makanan, dll.
Sedangkan yang tidak bisa diolah jadi kompos, kita sebut sampah non organik, seperti plastik (kantong / kemasan), kaca, dll. Kita bisa kumpulkan untuk diolah menjadi barang seni-kerajinan, atau dijual dengan disalurkan ke pabrik-pabrik pengolah plastik (daur ulang). Untuk ini kita bisa jajaki kerjasama dengan pabrik plastik (kita sudah ada kontak di beberapa pabrik).
Menanggapi pertanyaan Pak Men-ayam, bahwa pembuatan kompos itu ada beberapa langkah, sederhananya seperti ini: setelah sampah dipilah (organik & non organik), yang organik kita cacah (secara manual) atau dihancurkan dengan mesin, kemudian kita taburkan (campur) ”serbuk bakteri” secukupnya secara merata untuk mempercepat proses fermentasi (pembusukan), kemudian kita masukkan (simpan) ke ember/drum penampung yang tertutup rapat (komposter), terus kita pantau perkembangannya setiap hari (bisa didiamkan / dengan diaduk) selama sekitar 2-4 minggu. Jika dalam proses komposting ini menimbulkan bau atau berair, kita bisa tanggulangi dengan mencampurkan serbuk gergaji atau daunan kering. Setelah fermentasi marata, baru kita keluarkan untuk diangin-anginkan guna mengurangi kadar airnya (jangan sampai kena sinar matahari secara langsung). Kurang lebih selama sebulan sudah bisa menghasilkan kompos yang siap pakai. Untuk awalan laku-kerja ini, kompos yang dihasilkan kita gunakan sepenuhnya untuk ”menghijaukan” kampung kita ini, seperti yang telah dilakukan oleh Pak Mulyadi dan beberapa warga disini sudah mulai menanam tanaman dirumahnya dengan pot. Baru kedepannya, jika pembuatan kompos ini produktif kita pikirkan pemasarannya. Artinya dari kompos ini kita bisa dapatkan manfaat secara ekonomi untuk warga.
Tentang sampah bulu ayam, saya berharap tim kerja sampah nanti bisa mencarikan refernsi (pengetahuan baru) untuk pemecahannya (solusi).
Nah, tentang sarana dan prasarana yang diperlukan dalam program ini, bagaimana bentuk dan teknis kerjanya seperti apa, silakan nanti tim kerja terpilih mengonsep itu bersama-sama dengan tim kerja dari RT lain, termasuk dengan pendamping dari Sanggar Ciliwung.
Dalam pelaksanaannya, pengolahan sampah jelas membutuhkan lahan yang lumayan luas. Sebagaimana kita ketahui bersama, lahan disekitar kita nampaknya masih ada seperti lahan di depan Pos RT.06 ini, kira-kira memungkinkan gak jika lahan tersebut kita manfaatkan?

Perbaikan Gizi
Merupakan media untuk membangun kesadaran bersama tentang pentingnya hidup sehat, secara khusus bagi kesehatan Ibu (usia produktif) dan Anak. Bagaimana bentuk dan teknis kerjanya seperti apa... silakan nanti tim kerja terpilih mengonsep itu bersama-sama dengan tim kerja dari RT lain, termasuk dengan pendamping dari Sanggar Ciliwung.

Kesehatan Warga
Merupakan media untuk membangun kesadaran bersama tentang pentingnya hidup sehat, secara sederhana sesuai dengan potensi dan kemampuan yang ada pada masyarakat (swadaya kesehatan). Telah kita ketahui bersama, bahwa sakit itu mahal obatnya. Bahkan bisa dikatakan, bahwa di Jakarta ini ”orang miskin dilarang sakit”. Sederhananya, lebih baik mencegah dari pada mengobati.
Bagaimana bentuk dan teknis kerjanya seperti apa... silakan nanti tim kerja terpilih mengonsep itu bersama-sama dengan tim kerja dari RT lain, termasuk dengan pendamping dari Sanggar Ciliwung".


Pak Mulyadi (Ketua RT.06):
"Untuk wilayah kita, sebenarnya program yang paling mendesak itu Sampah dan Air bersih, untuk kesehatan dan pendidikan kayaknya gak menonjol (tidak ada) masalahnya.
Tentang lahan di depan Pos RT kita ini, saya sepakat saja, tapi saya akan coba koordinasikan dengan pemiliknya. Saat ini pemiliknya tinggal di wilayah RT 12".

Isnu (Perwakilan CM):
"Tentang pentingnya pelaksanaan program ini, saya berharap kita pertimbangkan jangka panjangnya (bukan sesaat / kontekstual saat ini semata). Makanya kalau kita cermati secara umum, keseluruhan program ini sebenarnya mengharapkan terwujudnya pola hidup baru di dalam warga yang mengakar secara komunal sesuai dengan potensi warga dan lingkungannya. Dengan kata lain mewujudkan gerakan lingkungan hidup berbasis komunitas. Jadi, saya berharap keseluruhan program yang disepakati dalam pertemuan lalu itu tetap juga diselenggarakan di wilayah ini.
Untuk lahan di depan Pos RT ini, terimakasih sekali jika Pak RT berkenan membantu koordinasi dengan pemiliknya. Untuk teknis selanjutnya, kita bisa negoisasikan secara khusus guna mendukung kelancaran pelaksanaan program ini. Secara perinsip, hal-hal semacam ini kami mendorong warga (termasuk pengurus RT) terlibat aktif dalam pemecahannya".

Pak Mulyadi (Ketua RT.06) :
"Baiklah, kita semua telah membahas persoalan bersama di wilayah kita ini. Sekarang marilah kita menentukan personil yang akan duduk dalam tim kerja warga untuk malaksanakan kelima program kerja bersama.
Untuk ini, disepakati Tim Kerja Warga RT.06 adalah sebagai berikut:
1. Tim Sampah: Bp. D Mulyadi (Koord.), Ibu Napsiah, Hasan, Atek, Ibu Ani, Pak Udin, dan Santi.
2. Tim Air bersih: Pak Kurdi (Koord.), Rokhib, Dedi, Ibu Mimin, Muis, Ibu Dwi, dan Marihot-Bowo.
3. Tim Kesehatan: Ibu Malinda-Butet (Koord.), Ibu Suharti, Nurhayati, Bp. Umri, Ibu Ida, Husein.
4. Tim Gizi Buruk: Ibu Sadiah (Koord.), Ibu Ramsa, Ibu Rosani, Ibu Nani, Bp. Hasibuan, Ibu Dede-Fatmawati.
5. Tim Pendidikan: Ibu Diana, Riri, Susan, Lala, Dowan, Gofur.

Demikianlah Tim Kerja RT.06 telah tebentuk, untuk selanjutnya kita akan pertemuan kembali (antar RT) besok hari Minggu, 20 Januari 2008 pukul 19.30 di Sanggar Ciliwung.
Terimakasih. Wassallam….."

Temu Warga RT 08/RW 12, Bukit Duri - 17 Januari 2008

Pos RT 08 / RW 12, Bukit Duri
Kamis, 17 Januari 2008, pk.20.30

Hadirin :
Pak Isman (Ketua RT)
Pengurus RT
Perwakilan warga (Bapak-bapak, Ibu-ibu, Kaum Muda)
Isnu Handono, Suryanto Musta, Rina Sulastri, Indah (CM)

Acara dibuka dengan pengantar oleh Bp. Isman (Ketua RT.08) serta sambutan dari perwakilan Sanggar Ciliwung dan ditutup dengan pembentukan Tim Kerja Warga.

Berikut petikan jalannya pertemuan warga RT 08 :
Pak Isman (Ketua RT.08):
"Pertemuan ini merupakan tindak lanjut dari hasil pertemuan wakil warga antar RT (RT.05, 06, 07, 08. RW.12 Bukit Duri dan RT.10 RW.03 Kp. Pulo) yang diselenggarakan di Sanggar Ciliwung pada hari Sabtu, 12 Januari 2008 yang lalu.
Pertemuan tersebut membahas tentang persoalan-persoalan kampung yang selama ini telah menjadi keprihatinan kita bersama. Ada cukup banyak persoalan yang telah kita ungkap bersama, terus kita ringkas menjadi lima masalah besar yang memungkinkan untuk dapat kita tanggulangi bersama, yaitu: sampah, air bersih, kesehatan, pendidikan, dan gizi buruk. Sehingga pertemuan tersebut menyepakati adanya usaha bersama untuk menanggulangi lima permasalah tersebut menjadi program kerja bersama. Untuk itu, maka kita saat ini berkumpul guna memilih perwakilan Tim Kerja warga demi mendukung kelancaran pelaksanaan kegiatan yang telah diprogramkan bersama. Dalam pertemuan ini, saya berharap bisa terbentuk perwakilan warga yang akan menjadi tim kerja yang meliputi lima program besar tersebut".

Isnu (Perwakilan CM) :
"Terimakasih dan rasa syukur yang mendalam saya sampaikan kepada seluruh warga dan pimpinannya atas pertisipasi aktif dan kerja samanya selama ini, sehingga tali silaturahmi ini tetap terjaga diantara kita hingga saat ini. Dengan demikian, Sanggar Ciliwung memberanikan diri dengan berinisiatif mengundang perwakilan warga dalam Pertemuan-silaturahmi antar RT (empat RT dari Bukit Duri dan satu RT dari Kampung Pulo) pada hari Sabtu 12 Januari 2008 yang lalu. Dengan hasil pertemuan seperti yang telah disampaikan oleh Pak RT pada pengantar tadi.

Ada beberapa hal yang perlu saya sampaikan untuk bisa menjadi pertimbangan dalam pelaksanaan kerja tim warga, yaitu:
o Bahwa program tersebut merupakan alternatif solusi yang paling bisa kita kerjakan secara bersama-sama (gotong royong) untuk menjawab keprihatinan (persoalan) kita bersama. Sehingga manfaat dari program ini bisa dirasakan bersama dan juga dijaga / dikelola bersama, bukan personal / perseorangan.
o Kelima program tersebut merupakan gerakan bersama berbasis lingkungan hidup, yang meliputi:

Pendidikan
Yang dimaksud disini adalah pendidikan berbasis lingkungan hidup. Sederhananya, pendidikan menjadi media bagi anak-anak dan remaja untuk mengenali secara mendalam (belajar) lingkungan hidup sendiri. Diharapkan anak-anak dan remaja bisa memperbaiki pola hidupnya agar ramah dan cinta dengan lingkungannya sendiri. Jadi, tidak mengadakan sekolah formal seperti jenjang sekolah yang ada. Dalam pertemuan yang lalu juga terungkap pentingnya ruang belajar / bermain untuk anak, karena anak-anak selama ini lebih banyak menggunakan jalanan. Serta diharapkan bisa diterapkan waktu (jam) belajar diwilayah kita ini. Namun untuk persisnya rencana kerja pendidikan, silakan nanti tim kerja terpilih mengonsep itu bersama-sama dengan tim kerja dari RT lain, termasuk dengan pendamping dari Sanggar Ciliwung.

Air Bersih
Merupakan media untuk membangun kesadaran bersama tentang pentingnya air bersih, dengan mengenali secara mendalam kandungan-kandungan di dalamnya agar proposional bagi pemenuhan kesehatan bersama. Dengan demikian warga bisa mengelola dan menjaga secara kolektif (bersama) sumber air bersih dan penggunaannya. Program ini sifatnya untuk memenuhi kebutuhan bersama, bukan pribadi (privat). Bagaimana bentuk dan teknis kerjanya seperti apa... silakan nanti tim kerja terpilih mengonsep itu bersama-sama dengan tim kerja dari RT lain, termasuk dengan pendamping dari Sanggar Ciliwung.

Pengolahan sampah
Merupakan media untuk membangun kesadaran bersama tentang baik-buruknya sampah dalam keterkaitannya dengan kehidupan kita, khususnya di lingkungan kita. Diharapkan bisa terbangun kesadaran bersama, sehingga terwujud perilaku hidup yang baru, yang ramah terhadap sampah kita. Karena pada dasarnya kita hidup tidak bisa lepas dari sampah. Jadi sederhananya, sudah saatnya kita belajar ”mengubah sampah menjadi berkah”. Bagaimana bentuk dan teknis kerjanya seperti apa... silakan nanti tim kerja terpilih mengonsep itu bersama-sama dengan tim kerja dari RT lain, termasuk dengan pendamping dari Sanggar Ciliwung.
Dalam pelaksanaannya, pengolahan sampah jelas membutuhkan lahan yang lumayan luas. Berkaitan dengan hal ini, saya berharap warga bisa membantu mencari lahan disekitar kita yang memungkinkan untuk pengolahan sampah ini.

Perbaikan Gizi
Merupakan media untuk membangun kesadaran bersama tentang pentingnya hidup sehat, secara khusus bagi kesehatan Ibu (usia produktif) dan Anak. Perlu diketahui juga, saya berharap dengan adanya program ini tidak bermaksud mengambil alih / menggantikan peranan Posyandu yang selama ini ada di wilayah kita. Tetapi justru menguatkan dari yang sudah ada. Bagaimana bentuk dan teknis kerjanya seperti apa... silakan nanti tim kerja terpilih mengonsep itu bersama-sama dengan tim kerja dari RT lain, termasuk dengan pendamping dari Sanggar Ciliwung.

Kesehatan Warga
Merupakan media untuk membangun kesadaran bersama tentang pentingnya hidup sehat, secara sederhana sesuai dengan potensi dan kempuan yang ada pada masyarakat (swadaya kesehatan). Telah kita ketahui bersama, bahwa sakit itu mahal obatnya. Bahkan bisa dikatakan, bahwa di Jakarta ini ”orang miskin dilarang sakit”. Sederhananya, lebih baik mencegah dari pada mengobati.
Bagaimana bentuk dan teknis kerjanya seperti apa... silakan nanti tim kerja terpilih mengonsep itu bersama-sama dengan tim kerja dari RT lain, termasuk dengan pendamping dari Sanggar Ciliwung".


Seorang bapak-bapak warga :
"Tentang lahan untuk mengolah sampah. Selama ini sebagian warga dari RT.7,8,9 dan 10 membuang sampahnya di tempat sampah pinggir kali samping rumah Ibu Ichi. Namun sampah-sampah ini terus dibuang (didorong) ke kali juga. Nah, mungkin tempat itu bisa dijajaki kemungkinannya untuk lokasi pengolahan sampah tersebut".

Isnu (lagi) :
"Ok, kalau begitu mungkin nanti kita bisa jajaki bersama kemungkinannya".

Pak Isman (Ketua RT.08):
"Setelah kita bicarakan bersama, maka marilah kita tentukan tim verja warga dari RT kita ini.
Tim Kerja Warga RT.08 RW.12 yang disepakati adalah sebagai berikut:
1. Tim Sampah: Bp. Wiyarto-Kiwik (Koord.), Sdr. Rustam, Dendes, Suratman, Arif-Wira.
2. Tim Air Bersih: Bp. Suyatno-Kayat (Koord.), Joko, Sugiharto, Christian
3. Tim Kesehatan: Ibu Melfi-Atta (Koord.), Ibu Ngatini, Ibu Dwi, Ibu Yani Fitri
4. Tim Gizi: Ibu Rum (Koord.), Ibu Sani, Ibu Rita, Ibu Cupina, Ibu Emi
5. Tim Pendidikan: Suprapto (Koord.), Suhartinah, Indah

Saya kira pertemuan saat ini cukup sekian, untuk pertemuan antar RT yang akan datang saya usul diundur, jangan malam minggu besok (Sabtu, 19 Jan 08), karena ada acara Pengajian dan Santunan di Masjid. Untuk kepastian waktunya, saya tunggu kabarnya dari Sanggar. Terimakasih".

Temu Warga RT 10 - RW 03, Kampung Pulo - 16 Januari 2008

Rumah Bp. Zainuri
Rabu, 16 Januari 2008 - pk.20.30

Warga yang hadir antara lain :
Bp. Ersamsu (Dewan Kelurahan)
Bp. Wawan (sekretaris RW.03)
Bp. Ansory (Wakil RW.03)
Ibu Hendriyaneffi (Ketua RT.10)
para wakil warga yang terdiri dari Bapak-bapak, Ibu-ibu, dan kaum muda
Isnu (perwakilan dari CM)
Hasan, Agus (Remaja Bukit Duri)

Temu warga ini diharapkan menghasilkan Tim Kerja Warga untuk 5 program Gerakan Lingkungan Hidup-CM. Acara dibuka dengan pengantar oleh Ibu Hendriyaneffi (Ketua RT.10) :
"Pertemuan ini merupakan tindak lanjut dari hasil pertemuan sebelumnya yang diselenggarakan di Sanggar Ciliwung pada hari Sabtu, 12 Januari 2008 yang lalu.
Pertemuan silaturahmi tersebut dihadiri oleh perwakilan warga dari 4 RT di Bukit Duri dan 1 RT (tempat kita) dari Kampung Pulo.
Pertemuan tersebut membahas tentang persoalan-persoalan kampung yang selama ini telah menjadi keprihatinan kita bersama. Ada cukup banyak persoalan yang telah kita ungkap bersama, terus kita ringkas menjadi lima masalah besar yang memungkinkan untuk dapat kita tanggulangi bersama, yaitu: sampah, air bersih, kesehatan, pendidikan, dan gizi buruk. Sehingga pertemuan tersebut menyepakati adanya usaha bersama untuk menanggulangi lima permasalahan tersebut menjadi program kerja bersama. Untuk itu, maka dimandatkan kepada masing-masing RT agar mengagendakan temu warga guna memilih perwakilan Tim Kerja warga demi mendukung kelancaran pelaksanaan kegiatan yang telah diprogramkan bersama. Sehingga dalam pertemuan ini, saya berharap bisa terbentuk perwakilan warga yang akan menjadi tim kerja yang meliputi lima program besar tersebut".

Pak Wawan (Sekretaris RW.03):
"Terimakasih sekali atas niat baik bersama untuk menyelesaikan persoalan tersebut, saya berharap program tersebut bisa terlaksana dengan baik. Jika memungkinkan, diharapkan program kerja bersama ini bisa meluas ke wilayah RT-RT yang lainnya di Kampung Pulo ini. Di RW.03 ini ada enam-belas RT. Saat ini di RW.03 masih ada program kerja sama dengan ACF (LSM Internasional) untuk membangun instalasi jalur evakuasi warga pada saat banjir, kerjasama ini akan berakhir pada bulan Maret 2008.
Ada beberapa hal yang perlu saya sampaikan untuk menaggapi program kerja bersama yang sedang kita rencanakan ini, yaitu:
Tentang Pendidikan :
o Pendidikan menjadi masalah utama di kampung ini, khususnya berkaitan dengan anak dan remaja.
o Yang umumnya menjadi kendala warga dalam mewujudkan pendidikan (sekolah formal) untuk anak dan remaja adalah persoalan ekonomi.
o Untuk mendukung pengembangan pendidikan, kami sangat berharap dengan adanya Perpustakaan. Hingga saat ini belum pernah ada perpustakaan di kampung kami.

Tentang Kesehatan :
o Dalam pelaksanaannya, perlu pendekatan sejak dini dari lingkungan keluarga.
o Perlu memaksimalkan potensi lokal (kearifan lokal).
o Diharapkan bisa meminimalisir pembiayaan dengan pola gerakan swadaya kesehatan.

Tentang Air bersih :
o Selama ini mayoritas warga mendapatkan air bersih untuk konsumsi berasal dari air tanah menggunakan pompa, dan sebagian kecil dari PAM. Sedangakan untuk MCK masih ada yang menggunakan air sungai.
o Dalam penggunaan air bersih perlu perlu sistem pengelolaan yang tepat, dengan tidak foya-foya (hemat air).
o Belum ada sarana sumber air bersih untuk umum (bersama).
o Saat ini ada MCK, tapi belum berfungsi sebagaimana mustinya untuk kepentingan bersama, disebabkan ada kendala di pendanaan dan belum adanya sistem kelola tepat-guna secara kolektif.

Tentang Pengolahan Sampah :
o Saat ini telah kita ketahui bersama, bahwa volume sampah semakin meningkat, sebagian besar berasal dari limbah rumah tangga.
o Selama ini belum ada sistem pengolahan, sehingga warga masih membuang sampahnya ke kali.
o Rencana pengolahan sampah ini sebenarnya sudah dibicarakan berulang kali oleh warga hingga dibahas ke tingkat Kelurahan, tetapi tetap saja belum terwujud juga. Semoga saat ini bisa benar-benar terwujud

Demi terlaksananya program-program tersebut, saya berharap bisa terbentuk Pokja warga secara kolektif".


Pak Ersamsu (anggota Dewan Kelurahan dari RW.03):
"Saya sangat berterimakasih sekali dengan telah dilibatkan dalam koordinasi kerja dalam program bersama ini. Semoga bisa terlaksana dengan baik sesuai dengan yang direncanakan bersama. Akan lebih baik, kalau Sanggar juga bisa membantu semacam ini di wilayah lain di Kampung Pulo ini".

Isnu (Perwakilan Sanggar Ciliwung):
"Terimakasih dan rasa syukur yang mendalam saya sampaikan kepada seluruh warga dan pimpinannya atas pertisipasi aktif dan kerja samanya yang selama ini terbangun, sehingga tali silaturahmi ini tetap terjaga diantara kita hingga saat ini. Dengan demikian, Sanggar Ciliwung memberanikan diri dengan berinisiatif mengundang perwakilan warga dalam Pertemuan-silaturahmi antar RT (empat RT dari Bukit Duri dan satu RT dari Kampung Pulo) pada hari Sabtu 12 Januari 2008 yang lalu. Dengan hasil pertemuan seperti yang telah disampaikan oleh Ibu RT pada pengantar tadi.

Ada beberapa hal yang perlu saya usulkan untuk bisa menjadi pertimbangan dalam pelaksanaan kerja tim warga, yaitu:
o Bahwa program tersebut merupakan alternatif solusi yang paling bisa kita kerjakan secara bersama-sama (gotong royong) untuk menjawab keprihatinan (persoalan) kita bersama. Sehingga manfaat dari program ini bisa dirasakan bersama dan juga dijaga / dikelola bersama, bukan personal / perseorangan.
o Kelima program tersebut merupakan gerakan bersama berbasis lingkungan hidup, yang meliputi:

Pendidikan
Yang dimaksud disini adalah pendidikan berbasis lingkungan hidup. Sederhananya, pendidikan menjadi media bagi anak-anak dan remaja untuk mengenali secara mendalam (belajar) lingkungan hidup sendiri. Diharapkan anak-anak dan remaja bisa memperbaiki pola hidupnya untuk ramah dan cinta dengan lingkungannya sendiri. Jadi, tidak mengadakan sekolah formal seperti jenjang sekolah yang ada. Bagaimana bentuk dan teknis kerjanya seperti apa... silakan nanti tim kerja terpilih mengonsep itu bersama-sama dengan tim kerja dari RT lain, termasuk dengan pendamping dari Sanggar Ciliwung.

Air Bersih
Merupakan media untuk membangun kesadaran bersama tentang pentingnya air bersih, dengan mengenali secara mendalam kandungan-kandungan di dalamnya agar proposional bagi pemenuhan kesehatan bersama. Dengan demikian warga bisa mengelola dan menjaga secara kolektif (bersama) sumber air bersih dan penggunaannya. Bagaimana bentuk dan teknis kerjanya seperti apa... silakan nanti tim kerja terpilih mengonsep itu bersama-sama dengan tim kerja dari RT lain, termasuk dengan pendamping dari Sanggar Ciliwung.

Pengolahan sampah
Merupakan media untuk membangun kesadaran bersama tentang baik-buruknya sampah dalam keterkaitannya dengan kehidupan kita, khususnya di lingkungan kita. Diharapkan bisa terbangun kesadaran bersama, sehingga terwujud perilaku hidup yang baru, yang ramah terhadap sampah kita. Bagaimana bentuk dan teknis kerjanya seperti apa... silakan nanti tim kerja terpilih mengonsep itu bersama-sama dengan tim kerja dari RT lain, termasuk dengan pendamping dari Sanggar Ciliwung.
Dalam pelaksanaannya, pengolahan sampah jelas membutuhkan lahan yang lumayan luas. Sebagaimana kita ketahui bersama, lahan kalau di kampung seberang (Bukit Duri) jelas tidak ada, namun disini setahu saya masih ada cukup lahan tidur di dekat MCK. Nah, kira-kira bagaimana, apakah warga bisa mengusahakan lahan tersebut untuk mendukung kerja ini?

Perbaikan Gizi
Merupakan media untuk membangun kesadaran bersama tentang pentingnya hidup sehat, secara khusus bagi kesehatan Ibu (usia produktif) dan Anak. Bagaimana bentuk dan teknis kerjanya seperti apa... silakan nanti tim kerja terpilih mengonsep itu bersama-sama dengan tim kerja dari RT lain, termasuk dengan pendamping dari Sanggar Ciliwung.

Kesehatan Warga
Merupakan media untuk membangun kesadaran bersama tentang pentingnya hidup sehat, secara sederhana sesuai dengan potensi dan kempuan yang ada pada masyarakat (swadaya kesehatan). Telah kita ketahui bersama, bahwa sakit itu mahal obatnya. Bahkan bisa dikatakan, bahwa di Jakarta ini ”orang miskin dilarang sakit”. Sederhananya, lebih baik mencegah dari pada mengobati.
Bagaimana bentuk dan teknis kerjanya seperti apa... silakan nanti tim kerja terpilih mengonsep itu bersama-sama dengan tim kerja dari RT lain, termasuk dengan pendamping dari Sanggar Ciliwung".

Seorang bapak-bapak warga :
"Menanggapi tentang kebutuhan lahan untuk mengolah sampah, ditempat kita memang ada lokasi di dekat MCK, tapi ya kita perlu “perang” dulu dengan pemiliknya, H Husein. Karena kemarin saja, sewaktu warga sedang kerja bakti membersihkan kampung pada pasca banjir awal Januari 2008 lalu, ada salah satu warga dilempari batu/tanah karena sedang memungut potongan sampah bambu yang ada di atas lahan tersebut. Disisi lain, relasi sosial antara pemilik lahan dengan warga sekitar, selama ini memang kurang baik. Pemiliknya kurang “gaul” dengan warga sekitar".

Pak Udin (warga):
"Tentang program pendidikan, kami berharap bisa dibantu mengadakan Perpustakaan di wilayah kami. Dengan demikian, nanti dalam pelaksanaannya (seluruh program), selain bantuan sarana prasarana, bagaimana dengan opersional tim kerjanya ? "

Pak Ansyori (wakil Ketua RW.03):
"Menanggapi tentang kebutuhan lahan untuk pengolahan sampah, saya sudah melakukan pendekatan dengan pemilik lahan Bp. H. Husein. Secara prinsip beliau sangat mendukung, silakan saja digunakan untuk kepentingan bersama. Jadi, adanya info tadi tentang status/keberadaan lahan tersebut yang selama ini cenderung memicu persoalan sosial (sengketa), sudah bisa saya tanggulangi dengan dialog langsung ke pemiliknya. Kebetulan saya masih ada hubungan keluarga (sepupu) dengan pemilik, Pak H Husein. Nah, teknisnya nanti kita bisa bicarakan secara khusus. Saya dan Ibu RT (Ibu Evi) siap bantu negoisasi (dialog) dengan pemiliknya, untuk pembebasannya.

Dengan adanya program kerjasama ini, saya atas nama RW, saya sangat berterimakasih, semoga program ini bisa lekas direalisasikan. Meskipun tempat tinggal saya bukan dari wilayah ini (RT.09), tapi saya sangat mendukung. Ya saya berharap kerjasama semacam ini bisa meluas ke wilayah RT lainnya di RW kita ini. Semua program tersebut, kuncinya ada pada keseriusan niat baik para warga untuk bekerja secara bersama tanpa ada maksud-maksud yang bersifat materi. Ini adalah kerja pengabdian untuk kepentingan bersama, jadi harus didasari ketulusan hati".

Isnu (Perwakilan CM):
"Terimakasih Pak Ansyori atas kerjasamanya, untuk selanjutnya pembicaraa tentang lahan untuk pengolahan sampah kita bisa bahas secara khusus nanti bersama Ibu RT dan CM.
Kepada para pimpinan warga, seperti Bapak Dekel dan RW, terimaksih atas kesediannya untuk siap mendukung melalui peran koordinasi kerjanya demi kelancaran kerja-kerja program bersama ini.
Mananggapi harapan para pimpinan (Dekel dan RW), bahwa dalam kerjasama ini kami (CM) jelas memiliki banyak keterbatasan dan kekurangan. Dengan pertimbangan tersebut, maka untuk saat ini kita hanya bisa di RT ini. Kita ingin memulai dari yang kecil dulu, dengan harapan kelak keberhasilan laku-kerja ini, bisa menjadi percontohan (pilot project) bagi wilayah lain, termasuk pemerintah. Ya saya berharap, dengan program kerja bersama ini bisa memunculkan “mutiara” yang terpendam dari tanah Kampung Pulo ini. Tidak hanya banjir yang “mengorbitkan” kampung ini, tapi ada juga “Gerakan Lingkungan Hidup Berbasis Komunitas”……. Insya Alloh….!"

Selanjutnya Ibu Evi (Ketua RT.10) memimpin pemilihan tim kerja warga untuk pelaksanaan lima program kerja. Pertemuan ini menyepakati tim kerja warga, sebagai berikut:
Tim Pengolahan Sampah
1. Bp. Deni
2. Bp. Rohman
3. Bp. Rukiyat
Tim Kesehatan
1. Ibu Rukmini
2. Ibu Evi
3. Ibu Juleha
Tim Peningkatan Gizi
1. Ibu Nur
2. Ibu Yani
3. Ibu Keken
Tim Air Bersih
1. Bp. Arif
2. Bp. Suparman
3. Bp. Kaidori
Tim Pendidikan Lingkungan Hidup
1. Bp. Nurdin
2. Sdri. Riza
3. Sdr. Hadi Gunawan

Sedangkan untuk mendukung kelancaran kerja program ini, seluruh pengurus RT wajib membantu dan terlibat (berpartisipasi) secara aktif.

Demikian pertemuan kita saat ini, untuk temu warga lanjutan (antar RT) kami tunggu pemberitahuan dari sanggar. Terimakasih.
Wassallam....



Pertemuan Wakil Warga - 12 Januari 2008

Sanggar Ciliwung
Sabtu, 12 Januari 2008

Tim Kerja Ciliwung Merdeka
Isnu Handono (Humas Internal-Pengorganisasian Warga)
I. Sandyawan Sumardi (Penanggungjawab Umum )
Deny Tjakra–Adi Surya (Koord. Program Air Bersih CM)
Suryanto Musta (Koord. Program Pendidikan CM)
Rina Sulastri (Koord. Program Penambahan Gizi CM)
Santi Napitupulu (Koord. Program RS-CM)
Lestari, Eko (Anggota Tim Program Pengolahan Sampah dan Lingkungan Sehat)
Shinta Yulianingsih (Koord. Proyek)
Johanna R. Aliandoe (Humas Eksternal CM)
Yuli (Sekretariat)

Wakil warga
Tokoh warga dan pengurus RT 005, 006, 007, 008 RW 012 Bukit Duri- RT 010 RW 003 Kampung Pulo
Bapak Kus (perwakilan Pospol Bukit Duri)

Pertemuan ini merupakan ajang musyawarah bersama untuk memetakan masalah yang ada dan menjadi keprihatinan bersama di lingkungan Kampung Bukit Duri dan Kampung Pulo demi mencari jalan keluar atau solusi bersama.
Acara dibuka dengan sambutan dari Isnu yang bertindak sebagai moderator pertemuan dan Rm. Sandyawan selaku Penanggungjawab Umum CM. Bincang-bincang didahului dengan pemutaran film dokumenter ‘Nyanyian Jiwa Ciliwung Merdeka’ dan presentasi foto kondisi bantaran Kali Ciliwung untuk mendorong warga dalam mengemukakan pendapat.

Setelah sambutan dan pemutaran film, warga mulai ramai mengungkapkan pikiran dan uneg-uneg mereka mengenai masalah lingkungan sekitar tempat tinggalnya. Pendapat mereka bervariasi mulai dari curahan isi hati pribadi sampai tanggapan-tanggapan tentang berita program gerakan lingkungan hidup yang mulai beredar secara informal dikalangan warga.

Bapak Mulyadi (ketua RT 006 RW 012 Bukit Duri) menyampaikan bahwa banyak masalah warga yang masih belum dapat tertangani seperti sampah karena kurangnya fasilitas untuk membuang sampah, ruang bermain anak yang semakin sempit, air bersih, dan jalan yang rusak.
Ibu Evi (ketua RT 010 RW 003 Kampung Pulo) juga menyampaikan bahwa banyak masalah yang belum tertangani di Kampung Pulo khususnya RT 010 RW 003 terutama akibat setelah banjir seperti air bersih, sampah, kesehatan (gizi buruk), ruang bermain anak, pendidikan.
Lukman (Warga RT 010 RW 003 Kampung Pulo) menambahkan bahwa untuk masalah sampah mereka sebetulnya malu, karena tetap saja membuang sampah ke Kali Ciliwung walaupun ada tukang sampah yang rutin mengambil sampah dari rumah ke rumah.
Ibu Rukmini (Warga RT 010 RW 003 Kampung Pulo) menambahkan untuk air bersih di kampung Pulo selama ini sangat dibutuhkan terutama saat banjir. Yang menjadi masalah adalah saat terjadi banjir, air tidak dapat dikonsumsi karena pasti terjadi pemadaman listrik, sehingga alat yang digunakan yaitu sanyo (penyedot air tanah) tidak dapat berfungsi, setelah itu saat banjir surut pun air bersih masih menjadi masalah karena selain memakai sanyo masyarakat masih memakai pompa air manual yang sewaktu-waktu digunakan tetapi karena akibat banjir serapan air yang biasa digunakan menjadi bau dan keruh sehingga tidak dapat di konsumsi.
Ibu Juleha (Warga RT 010 RW 003 Kampung Pulo) menambahkan untuk masalah kesehatan (gizi buruk), selama ini program Posyandu belum ada sama sekali terutama yang bekerja sama dengan Puskesmas setempat, memang pernah kami meminta Puskesmas untuk bekerja sama dalam diadakannya Posyandu tetapi tidak ada jawaban atau respon sampai sekarang, sehingga kami mencatat data sebanyak 20 anak yang menderita gizi buruk di RT kami sampai saat ini.
Bapak Memen (Warga RT 007 RW 012 Bukit Duri) menyampaikan masalah pembagian jatah minyak tanah yang kurang adil menyebabkan banyak warga kami yang mengeluh. Selain itu masalah antisipasi bahaya seperti kebakaran kami ingin mengusulkan untuk membangun jembatan antara kampung Pulo dan Kampung Bukit Duri yang sekaligus berfungsi untuk anak-anak Kampung Pulo untuk belajar di Sanggar Ciliwung.
Ibu Ita (ketua RT 005 RW 012 Bukit Duri) menyampaikan perihal yang sama tentang masalah di lingkungan RT-nya terutama air bersih, sampah, ruang bermain anak yang semakin sempit, kesehatan, pendidikan. Sekaligus menambahkan untuk masalah air bersih memang di RT kami mayoritas membeli air, karena air serapan diwilayah kami sudah tidak baik di konsumsi (sudah dites di labotarium).
Haji Jana (Warga RT 007 RW 012 Bukit Duri) menyampaikan masalah jalan yang rusak harus cepat diperbaiki dari depan jalan RT 005 sampai Pos RT 008 RW 012 Bukit Duri.
Bapak Isman (Wakil RT 008 RW 012 Bukit Duri) menyampaikan masalah saluran air yang sering mampet atau tersumbat karena sampah, air bersih saat musin hujan dan kemarau, masalah kesehatan terutama terkait penyuluhan Narkoba.
Ibu Iis (Warga RT 007 RW 012 Bukit Duri) menambahkan untuk masalah posyandu yang pernah disampaikan salah satu pengurus Ciliwung Merdeka yaitu bahwa Sanggar ciliwung akan mengadakan Posyandu per RT, mereka kurang setuju karena dari Kelurahan sudah mempunyai program setiap RW terdapat 3 Posyandu (5 RT dalam 1 Posyandu) yang memang sudah rutin dilakukan dan berjalan lancar sampai sekarang.
Ibu Diana (Warga RT 006 RW 012 Bukit Duri) menambahkan tentang posyandu, yaitu yang selama ini mereka lihat terutama di lapangan bahwa pendamping CM terkesan membentuk posyandu sendiri, tetapi yang kami inginkan adalah posyandu yang sudah ada agar diperkuat saja dengan memberdayakan warga sekitar sebagai kader, terutama jika Sanggar Ciliwung dapat membantu di sisi penambahan gizi seperti penyediaan makanan sehat (kacang ijo + susu dll).
Ibu Sani (Warga RT 008 RW 012 Bukit Duri) menambahkan untuk masalah Narkoba khususnya RT 006, 007, 008 RW 012 Bukit Duri harus benar-benar ada pendekatan dan sanksi tegas oleh aparat pemerintah (polisi) karena sehubungan dengan peristiwa tetangga kami yang OD (over dosis) dan hampir meninggal kami menjadi resah, karena lingkungan kami sudah kurang sehat dan banyak orang tua yang khawatir dan takut anak remajanya akan terkena narkoba.
Bapak Kus ( Kapospol Bukit Duri) menanggapi untuk masalah ruang bermain anak memang kurang dan harus disadari kita tinggal di bantaran kali yang memang sudah sempit. Oleh karena itu kami dari jajaran Pos Polisi Bukit Duri yang menyadari hal tersebut, membuat sedikit ruang tempat bermain anak di sisi pos kami berdinas. Walaupun sempit tapi bisa digunakan. Untuk menanggapi perihal narkoba kami juga tidak dapat berbuat banyak, karena kami hanya terdiri atas 7 personil yang harus menangani satu Kelurahan (Bukit Duri) dengan begitu banyak masalah keamanan dan salah satunya adalah masalah narkoba. Maka, kami meminta bantuan kepada masyarakat agar membantu dalam mengawasi lingkungan khususnya kehidupan para remaja.

Masalah-masalah yang terungkap:
Sampah
Ruang bermain anak
Kesehatan
Perbaikan jalan
Usulan jembatan penghubung antara Bukit Duri dan Kampung Pulo
Gizi buruk: penambahan gizi
Kualitas air bersih
Narkoba
Pendidikan anak
Pengaturan waktu belajar anak
Pembagian jatah minyak tanah
Koordinasi rencana program gizi CM dengan Posyandu RW


Pengelompokan masalah bersama :
1. Pengolahan sampah dan lingkungan
2. Air bersih: saluran air dan MCK
3. Kesehatan
4. Pendidikan
5. Penambahan Gizi

Hasil diskusi bersama dan dengar pendapat tersebut membuahkan beberapa rencana lanjutan sebagai berikut :
1. Pertemuan masing-masing RT untuk menentukan tim kerja setiap program yang akan menjadi wakil dalam pertemuan selanjutnya, yaitu membentuk Tim Wakil Warga.
2. Pertemuan kembali antara Tim Kerja Sanggar Ciliwung dan perwakilan RT untuk membentuk Tim Wakil Warga, pada tanggal: Sabtu, 19 Januari 2008, pukul: 19.00 WIB s/d selesai di Sanggar Ciliwung.
3. Sosialisasi program dalam Forum Warga (belum ditentukan tanggalnya)
4. Sanggar Ciliwung hanya membantu memberikan fasilitasi (bertindak selaku fasilitator) dan bukan sebagai sinterklas yang siap membagikan hadiah, tetapi bekerja bersama Warga dan pengurus RT 005, 006, 007 dan 008 RW 012 Bukit Duri serta Warga dan pengurus RT 010 RW 003 Kampung Pulo untuk menggarap semua masalah-masalah yang terungkap dalam pertemuan ini, misalnya dalam hal penyediaan lahan untuk mengelola sampah.

Pertemuan Proyek Gerakan Lingkungan Hidup – CM

Sanggar Ciliwung
9 Januari 2008 – pk 18.30 – 21.15 WIB

Peserta :
I. Sandyawan Sumardi (Penanggungjawab Umum)
Shinta Yulianingsih (Koord. Proyek)
Deny Tjakra – Adi Surya (Koord. Program Air Bersih CM)
Suryanto Musta (Koord. Program Pendidikan CM)
Rina Sulastri (Koord. Program Penambahan Gizi CM)
Santi Napitupulu (Koord. Program RS-CM)
Eko (Wakil dari Program Pengolahan Sampah CM)
Isnu Handono (Divisi Pengorganisasian Warga)


Pertemuan ini mendiskusikan laporan perkembangan gerakan 5 program Gerakan Lingkungan Hidup CM dan membahas kolaborasi antara gerakan kelima program dengan supporting system (Divisi Humas, Pengorganisasian Warga, Pendataan, Sekretariat dan Keuangan).

Program Air Bersih
Program air bersih dibawah koordinasi Deny sedang melakukan pengulangan kembali sosialisasi program yang sudah dilakukan di bulan November dan Desember 2007, khususnya di RT 07 dan 08 RW 012 Bukit Duri. Tujuannya agar warga diingatkan kembali tentang program air bersih serta menggali pemahaman warga tentang air bersih dan juga keempat proyek lain yang sudah didengar warga.

Pembicaraan dilakukan dengan beberapa bapak tokoh warga RT 07 dan 08. Dalam pembicaraan tersebut disosialisasikan mengenai konsep sumur resapan dengan pemahaman menggunakan ilustrasi botol aqua isi ulang. Harapannya, warga memahami bahwa untuk menjaga ketersediaan air maka harus ada air yang ditahan/diresapkan ke tanah kembali. Berdasarkan pengalaman sebelumnya, pada bulan Juni – Oktober sumur milik warga umumnya mengalami kekeringan.

Pembicaraan tersebut juga menyinggung program lainnya yaitu program posyandu (diusulkan, agar Pos RT 08 dibangun tingkat, karena saat ini pos tersebut sudah terisi penuh oleh barang-barang milik warga RT 06, 07, 08). Selain itu warga juga mempertanyakan hilangnya pengobatan akupunktur.

Ibu Evi (ketua RT 10 Kampung Pulo) mempertanyakan kelanjutan program air bersih. Terlihat antusiasme dan harapan warga di RT 10 akan kelanjutan program air bersih. Namun Deny berharap agar konflik antara pemilik lahan tempat MCK akan berada dengan warga dapat diselesaikan terlebih dahulu.

Program Pengolahan Sampah
Sampai saat ini, program sampah melakukan tahapan pembuatan kompos yang sudah dilaksanakan sejak bulan November 2007. Kompos yang sudah jadi sekitar 3,5 tong. Namun jika diperhitungkan dengan bahan baku yang digunakan (kurang lebih seberat 100 kg), maka kompos yang diperoleh hanya sekitar 10 kg saja. Terlihat adanya kekurangan bahan baku pembuatan kompos (dari sekitar 5 RT lokasi target proyek) jika hasil produksi sampah akan dipasarkan ke pihak luar. Menurut Pak Sur, masalah tersebut bisa diatasi jika rumah kompos sudah ada (dengan sistem pembuatan kompos lewat pengeringan) dan bahan baku kompos diambil dari sekitar bantaran sungai, sampah warga Kampung Pulo dan Pasar Jatinegara (selain dari ke 5 RT target proyek dan pasar di RT 10 Bukit Duri).

Dibahas pula mengenai sampah non organik oleh Deny dan Suryanto. Menurut keduanya, sampah non-organik jauh lebih banyak dibanding sampah organik. Namun berdasarkan penjelasan Pak Bayu, yang pernah disampaikan kepada Pak Sur, untuk saat ini kegiatan lebih difokuskan pada pengolahan sampah organik. Selain itu berdasarkan gambaran tahapan kerja yang dibuat oleh tim program pengolahan sampah, terlihat bahwa pengolahan sampah hanya difokuskan pada sampah organik.

Diskusi berlanjut mengenai kemungkinan adanya lintas program setelah melihat keseluruhan proposal dari kelima program GLH-CM. Program pendidikan membutuhkan dukungan dari program lainnya, seperti program air bersih (pendidikan air bersih), program penambahan gizi (pendidikan makanan sehat), program RSCM (pendidikan organ tubuh), program pengolahan sampah (pendidikan pengolahan sampah). Diminta kesediaan dari tiap koordinator untuk membaca kembali proposal dari masing-masing program agar bisa saling memahami dan memberi kontribusi yang dibutuhkan untuk program lainnya.

Program Rumah Sehat Ciliwung Merdeka (RS-CM)
Program RS-CM masih dalam tahap persiapan, karena Santi N sebagai Koordinator baru bisa aktif di bulan Januari ini. Rencana kerja yang sudah dipersiapkan adalah, bahwa nantinya RS-CM (setelah mendapat lokasi) akan melakukan kegiatan sebagai berikut:
1. Praktek dokter 3 x seminggu
2. Praktek akupunktur
3. Penyuluhan kesehatan 1 x sebulan
Saat ini Santi sudah merencanakan untuk melakukan pendataan kolektif mengenai latar belakang tiap pasien (antara lain nama ayah, nama ibu, riwayat penyakit, penanganan yang pernah dilakukan, dll). Pendataan kolektif tersebut masih terkendala oleh format dari formulir data. Rm. Sandyawan mengusulkan agar melihat format data yang dibuat program klinik kesehatan Jaringan Relawan Kemanusiaan (JRK) dan dari Yayasan Tuberculosis yang telah bekerjasama dengan CM.

Deny mempertanyakan segi formalitas dari RSCM yang akan dibentuk oleh CM. Jika berizin resmi secara formal, apakah berarti akan menginduk ke Dinas Kesehatan. Pertanyaan tersebut dijawab oleh Rm. Sandyawan yang menjelaskan latar belakang dari pembentukan program RSCM yaitu:
1. Adanya keterbatasan akses kesehatan warga, sehingga diharapkan RSCM dapat memberikan jawaban atas kebutuhan warga atas kesehatan.
2. Melakukan fasilitasi jika ada pelaksanaan pengobatan massal seperti yang selama ini sudah sering dilakukan.
Mengenai masalah formal tidaknya RS-CM tersebut, maka Rm. Sandyawan mengusulkan beberapa hal, misalnya :
1. Penggunaan apoteker resmi (berijin) dilakukan di RS-CM agar terdapat keabsahan obat-obatan yang digunakan dan juga dalam rangka memenuhi persyaratan resmi dari pemerintah (Menkes).
2. Untuk saat ini belum perlu mendaftarkan secara resmi sebagai klinik yang menginduk ke puskesmas (Dinas Kesehatan ) sambil melihat perkembangannya lagi, karena ijin resmi (formal) dari RS-CM akan sangat dibutuhkan, ketika RS-CM nantinya akan memberikan rujukan ke rumah sakit.
Beberapa hal yang perlu ditindaklanjuti dari program RS-CM adalah:
1. Masalah lokasi RS-CM, karena rumah yang berada dekat Sanggar (milik Uda) setelah disurvey memiliki beberapa kendala seperti lantai atas yang kondisinya parah (perlu renovasi total yang memakan biaya), adanya tiang listrik dalam rumah yang menyebabkan lantai atas tidak bisa dibangun lebih tinggi lagi serta status kepemilikan tanah yang merupakan milik Perumka. Ada beberapa alternatif lain di Gang Satu, namun tidak akan ditindaklanjuti, karena warga di lokasi target proyek akan malas mengunjungi RS-CM jika lokasinya di Gang Satu (dengan alasan lokasi jauh dari tempat tinggal mereka). Alternatif lain adalah tanah di belakang pos RT 08. Alternatif ini akan disurvei lagi oleh Santi Napitupulu.
2. Mengadakan pertemuan dengan dokter dan apoteker untuk menindaklanjuti masalah praktek, perijinan yang berkaitan dengan RS-CM. Untuk apoteker, Rm. Sandyawan sudah memberikan alternatif nama yaitu Suster Bekti (RS Carolus) untuk membantu. Diharapkan pada hari Senin, Selasa atau Rabu minggu depan sudah dapat diadakan rapat, baik dengan dokter maupun apoteker.
3. Mencari info dan segera memanfaatkan format data kolektif dari JRK maupun Yayasan Tuberkulosis.

Program Pendidikan
Program pendidikan saat ini sedang berada dalam masa transisi untuk mengantar program pendidikan sebelumnya menjadi program pendidikan lingkungan hidup. Sosialisasi ke subyek didik (anak-anak dan remaja) dilakukan antara lain dengan mengumpulkan sampah dari lingkungan sekitar, misalnya berupa bungkus permen ataupun bungkus rinso, chiki, dll. Direncanakan pada minggu depan, akan dilakukan pertemuan dengan para fasilitator pendidikan dan subyek didik untuk menajamkan pemahaman program. Kendala yang dihadapi saat ini adalah melakukan transisi kegiatan beasiswa, teater dan musik ke gerakan lingkungan hidup.

Disampaikan juga mengenai rencana kampanye event tanggal 5 Juni 2008 (bertepatan dengan Hari Lingkungan Hidup). Diharapkan agar kampanye ini tidak hanya menjadi tanggung jawab dari program pendidikan tetapi juga merupakan tanggung jawab dari seluruh program. Kampanye ini menjadi Project Report pertengahan tahun kepada warga, masyarakat luar Bukit Duri, jaringan yang terlibat, para donor dan juga instansi pemerintah. Diingatkan kepada seluruh koordinator program agar menyiapkan masing-masing programnya sehingga kampanye ini akan efektif, karena setiap program harus mampu memperlihatkan proses dan hasil yang telah dicapai sampai bulan Mei 2008 nanti. Untuk mematangkan rencana kampanye event ini, sesuai dengan permintaan dari humas eksternal, maka akan diadakan pertemuan khusus kampanye event pada tanggal 25 Januari 2008.

Program Posko Penambahan Gizi
Terdapat persepsi yang salah mengenai program posyandu yang akan dilaksanakan. Warga khawatir bahwa posyandu yang akan dilaksanakan akan menghentikan posyandu RW yang saat ini sudah dilaksanakan setiap bulan. Untuk mempermudah pemahaman yang tidak tepat tersebut, maka diputuskan bahwa penggunaan kata posyandu dalam program kerja ini sebaiknya diubah menjadi Program Penambahan Gizi.

Masalah lain di program ini adalah, masalah pembangunan Pos RT 08, yang diusulkan membangun lantai atas (karena kepentingannya membangun lantai atas di pos RT 08 bukanlah menjadi kepentingan bagi pengurus RT 08 atau warganya, tapi lebih menjadi kebutuhan bersama (RT 06, 07 dan 08), dan juga dapat digunakan sebagai pos pemantau dari RT 08 hingga RT 05, karena pada banjir Februari 2007 lalu air tidak sampai mengenai plafon pos. Di samping itu juga penggunaan ruangnya untuk dijadikan gudang tempat barang-barang milik RT 06,07,08 atau peralatan dan perlengkapan Posko Darurat. Dikhawatirkan pembangunan lantai atas pos RT 08 akan menimbulkan rasa iri dari RT lainnya.

Pengambilahalihan SEMENTARA koordinasi pengorganisasian warga
Berkaitan dengan kerja program, yang terkait erat dengan pengorganisasian warga, maka ketika sampai saat ini divisi humas internal (pengorganisasian warga) belum dapat memberikan rencana kerjanya, koordinasi pengorganisasian warga untuk SEMENTARA diambilalih oleh Koord. Proyek, sampai divisi humas internal siap memberikan rencana kerjanya. Hal ini disampaikan secara terbuka pada pertemuan.

Dibahas mengenai rencana pengorganisasian warga yang akan dilakukan, yaitu melaksanakan pertemuan wakil warga (tanggal 12 Januari 2008) dan forum warga (tanggal 26 Januari 2008). Setelah pertemuan wakil warga akan direncanakan pertemuan di tiap RT (kerjasama ke 5 program) untuk memulai pengorganisasian warga per target RT.

Pertemuan wakil warga akan dihadiri oleh ketua RT, wakil ketua RT, sekretaris dan tokoh masyarakat, kelompok perempuan. Tujuan pertemuan wakil warga adalah:
1. Mengidentifikasi permasalahan, khususnya lingkungan hidup, yang ada di sekitar warga.
2. Sosialisasi ke 5 program GLH-CM sebagai tawaran solusi permasalahan yang ada di tengah-tengah warga selama ini.
3. Pembentukan tim wakil warga, yang komposisinya harus terdiri dari laki-laki dan perempuan.

Skenario pertemuan wakil warga adalah sebagai berikut:
1. Mengajak wakil warga melihat permasalahan di sekitar lingkungannya sendiri.
2. Mengarahkan pembicaraan ke 5 program GLH-CM yang akan difasilitasikan oleh CM untuk warga RT 05, 06, 07, 08 Kel. Bukit Duri dan RT 10 Kel. Kampung Pulo.
3. Membentuk tim wakil warga dari tiap RT.
Pertanyaan-pertanyaan yang perlu diantisipasi (diingatkan oleh P Suryanto) adalah pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan kebutuhan langsung dari warga (artinya manfaat langsung yang didapat oleh warga) misal masalah beasiswa, penempatan mesin pompa untuk air bersih, dll.





Pertemuan Fungsionaris Proyek GLH-CM 2008-2010

Teman-teman CM yang baik…


Setelah sekitar 5 bulan kita persiapkan, termasuk mempersiapkan kesiagaan lembaga-lembaga donor yang akan berparisipasi mendukung, terhitung sejak tanggal 1 Desember 2007, Ciliwung Merdeka, kita semua secara bersama-sama akan segera mengawali kerja keras untuk sebuah proyek yang baru dan besar, yaitu Proyek GERAKAN LINGKUNGAN HIDUP BERBASIS KOMUNITAS DAN PEMBERDAYAAN EKONOMI DI RT 05, 06, 07, 08 RW 12 DAN RT 10 RW 03 KAMPUNG PULO, PERIODE 2008-2010 (GLH-CM 2008-2010), dengan 5 program yang saling berkaitan, melengkapi dan menunjang satu sama lain yaitu:

1. Program Pengolahan Sampah dan Lingkungan Hijau.

2. Program Rumah Sehat Ciliwung Merdeka

3. Program Posyandu: Peningkatan Gizi

4. Program Air Bersih

5. Program Pendidikan Lingkungan Hidup.

Perubahan Paradikma

Jelas untuk dapat mengerjakan tantangan kerja sebesar ini, kita bersama komunitas warga Bukit Duri dan Kampung Pulo, tidak hanya membutuhkan semangat baru, tapi juga perubahan paradigma, bahkan perubahan bentuk dan sifat kegiatan serta pendekatan baru yang cukup berbeda dengan yang sudah kita lakukan selama ini di Bukit Duri sekitar 7 tahun lebih.

Bagaimanapun juga, setelah perjalanan pendampingan, berproses selama 7 tahun lebih CM di Bukit Duri, akhirnya kita menjumpai wajah komunitas warga Bukit Duri sebagai komunitas warga yang cukup dikenal oleh masyarakat di sekitarnya, bahkan masyarakat di Jakarta. Komunitas warga Bukit Duri pada umumnya kini nampak cukup terbuka, komunikatif, partisipatif, terutama pada masa-masa tanggap daruratnya mampu mengekspresikan kekompakan dan spontanitas solidaritasnya yang tinggi, setidaknya bila dibandingkan dengan komunitas-komunitas warga di kampung-kampung sekitarnya. Setidaknya para peneliti yang pernah mempelajari masalah sosial-ekonomi komunitas sektor informal di Bukit Duri, termasuk meneliti masalah air, juga berdasarkan kesan para wartawan yang pernah live-in di Bukit Duri termasuk di kantong-kantong kaum miskin urban di Jabodetabek lainnya, komunitas Bukit Duri termasuk komunitas yang dianggap sudah cukup terorganisir dan terbuka, mau belajar, berkembang.

Namun juga merupakan sebuah fakta yang tak dapat kita ingkari, bahwa selama ini kerja kita di Bukit Duri ternyata cenderung lebih banyak bersifat tanggap-darurat (banjir, kebakaran, ancaman penggusuran di Bukit Duri sendiri, termasuk memberikan bantuan darurat kemanusiaan korban banjir dan tanah longsor di Sukabumi, korban konflik etnis dari Sampit Kalimantan Timur yang terpaksa hijrah pulang Madura, korban gempa-tsunami di Aceh, atau korban banjir dan tanah longsor di Jember) dan eventual (terlibat dalam peringatan atau perayaan seperti 17 Agustusan, Pesta/Pasar Rakyat, Buka Puasa Bersama, atau tim musik/teater anak-anak berpartisipasi manggung di berbagai tempat, kesempatan dan acara, atau yang cukup besar adalah komunitas kerja CM dan anak-anak terlibat aktif dalam penyelenggaraan Festival Budaya Anak pinggiran Jabodetabek).

Kalau toh kita mendampingi aktivitas-aktivitas yang bersifat rutin, berjangka-panjang dan sustainable (berkesinambungan) seperti pendampingan kelompok belajar anak-anak dan remaja (Divisi Arena Pendidikan Budaya CM), kegiatan pelayanan kesehatan (Divisi Swadaya Kesehatan/Mobile Clinic CM) dan kegiatan ekonomi (Divisi Ekonomi CM) dan Koperasi Swadaya Ibu-ibu Ciliwung (Divisi Koperasi CM), termasuk kegiatan pengorganisasian dan jaringan seperti pendampingan pertemuan-pertemuan/forum-forum warga, atau pendampingan PAWANG (Divisi Pengorganisasian dan Jaringan CM), pada umumnya kegiatan-kegiatan itu berjalan tersendat-sendat, kurang darah bahkan sering macet dan kehilangan arah di jalan. Mengapa?

Sebagai komunitas kerja, dalam beberapa tahun terakhir ini, kita juga cenderung gampang salah komunikasi ( miss-communication). Kerja kita masih cenderung gampang fragmented (terpecah), karena kurang fokus, terlalu mudah berubah arah, terlalu banyak yang mau kita kerjakan (terlalu ambisius), kurang tekun/konsisten dalam proses pendampingan. Selama ini kita masih cenderung terlalu cair dan hanyut dalam mengikuti proses-proses sosial-ekonomi alamiah, survival system dalam masyarakat Bukit Duri yang kita dampingi. Kita kurang taat asas dan disiplin dalam mengikuti sistem yang sudah kita sepakati bersama. Kita cenderung terlalu lambat dalam mengikuri irama hidup warga yang de facto penuh ketidakpastian, kegamangan dan keterceraian (fragmentation) bahkan keterancaman karena ketiadaan perlindungan dan akses sosial, politik, ekonomi dan budaya terutama dari pihak pemerintah. Kita kurang berani mengajak warga bekerja dengan sistem program, bahkan sistem target. Kita kurang kreatif dalam membuat program-program konkret yang relevan berhubungan langsung dengan perikehidupan komunitas warga miskin urban Bukit Duri khususnya dan Jabodetabek pada umumnya, yang bersifat jangka panjang, berkesinambungan, dengan pendekatan yang komprehensif dan jelas dapat memberikan solusi alternatif bagi situasi kemiskinan, ketidakpastian, ketidakadilan dan keterasingan anak-anak, remaja serta warga Bukit Duri dan sekitarnya dari akses dari sumber-sumber daya secara sosial, politik, ekonomi dan budaya.

Solusi: Proyek Gerakan Lingkungan Hidup – Ciliwung Merdeka

Persoalan lingkungan hidup merupakan persoalan yang bersifat sistemik, kompleks, serta memiliki cakupan yang luas. Oleh sebab itu, materi atau isu yang diangkat dalam penyelenggaraan gerakan lingkungan hidup juga sangat beragam. Sesuai dengan kesepakatan nasional tentang Pembangunan Berkelanjutan yang ditetapkan dalam Indonesian Summit on Sustainable Development (ISSD) di Yogyakarta pada tanggal 21 Januari 2004, telah ditetapkan 3 (tiga) pilar pembangunan berkelanjutan yaitu ekonomi, sosial, dan lingkungan. Ketiga pilar tersebut merupakan satu kesatuan yang bersifat saling ketergantungan dan saling memperkuat. Adapun inti dari masing-masing pilar adalah:

1. Pilar Ekonomi: menekankan pada perubahan sistem ekonomi agar semakin ramah terhadap lingkungan hidup sesuai dengan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan. Isu atau materi yang berkaitan adalah:

a. Pola konsumsi dan produksi

b. Teknologi bersih

c. Pendanaan/pembiayaan

d. Kemitraan usaha

e. Pertanian

f. Kehutanan

g. Perikanan

h. Pertambangan

i. Industri

j. Perdagangan

2. Pilar Sosial : menekankan pada upaya-upaya pemberdayaan masyarakat dalam upaya pelestarian lingkungan hidup. Isu atau materi yang berkaitan adalah:

a. Kemiskinan

b. Kesehatan

c. Pendidikan

d. Kearifan/Budaya Lokal

e. Masyarakat Desa

f. Masyarakat Perkotaan

g. Masayrakat Terasing/Terpencil

h. Kepemerintahan/Kelembagaan yang Baik

i. Hukum dan Pengawasan

3. Pilar Lingkungan : menekankan pada pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan yang berkelanjutan. Isu atau materi yang berkaitan adalah:

a. Pengelolaan sumberdaya air

b. Pengelolaan sumberdaya lahan

c. Pengelolaan sumberdaya udara

d. Pengelolaan sumberdaya laut dan pesisir

e. Energi dan sumberdaya mineral

f. Konservasi satwa/tumbuhan langka

g. Keanekaragaman hayati

h. Penataan ruang

Menyaksikan, memahami dan menyadari betapa komunitas miskin urban perkotaan warga Bukit Duri dan Kampung Pulo yang de facto sangat terbatas dalam pola konsumsi dan produksi, teknologi bersih (masalah sampah), swadaya kesehatan, sumberdaya lahan (penataan ruang), suberdaya air (bersih). Juga menyadari fakta sangat sedikit atau bahkan tiadanya tumbuhan/tanaman (lingkungan hijau), udara bersih dan sangat terbatasnya pendanaan/pembiayaan serta kurang/tiadanya jaminan perlindungan (hukum) dan bantuan fasilitasi dari pihak Pemprov DKI Jakarta, dan menyadari potensi kearifan lokal serta survival system warga Bukit Duri dan Kampung Pulo selama beberapa tahun terakhir, terutama dengan tumbuhnya kesadaran kritis (pendidikan) dan sikap solidaritas terutama di kalangan anak-anak, remaja dan kaum muda dan kaum perempuannya, setelah melakukan assasment (penyelidikan awal) yang sangat dibutuhkan dalam mengawali sebuah proyek kemanusiaan, serta melakukan persiapan-persiapan seperlunya, setelah menerima masukan dan pertimbangan dari berbagai macam pihak yang kompeten, saya berikhtiar mengusulkan kepada komunitas kerja CM dan warga Bukit Duri serta Kampung Pulo, untuk menyelenggarakan proyek GLH-CM 2008-2010, sebagai solusi alternatif, yang menurut hemat saya paling konkret, relevan, efektif, dan komprehensif.

Sistem Kerja Profesional

Untuk mewujudkan agar tujuan proyek Gerakan Lingkungan Hidup Ciliwung Merdeka 2008-2010 (GLH-CM 2008-2010) kita semua harus lebih sadar dan disiplin dalam menggunakan sebuah satuan sistem kerja yang professional. Maka selain pemahaman akan substansi, relevansi dan perkembangan masalah lingkungan hidup itu sendiri, juga tak kalah penting adalah pemahaman dan pengalaman akan konteks sosial komunitas-komunitas warga di Bukit Duri dan Kampung Pulo sejauh sudah dan sedang kita kenal dan libati selama ini.

Sistem kerja professional secara sederhana pada umumnya dapat kita mengerti sebagai ikhtiar pendayagunaan struktur organisasi, planning (perencanaan), programming (penyusunan dan revisi program), budgeting (penyusunan anggaran), pengaturan personalia, sistem kontrol (monitoring, reporting, pengaturan irama gerakan, sistem evaluasi dan pertanggungjawaban di dalam kerja bersama kita. Kita semua harus mampu menjamin bahwa pola kerja yang kita pilih secara sadar untuk mengerjakan proyek GLH-CM 2008-2010 ini sungguh lebih sistemik, efektif, konsisten, sinergis, otonom, transparan, sustainable (berkesinambungan) dan berjangka panjang.

Sudah pasti untuk dapat mengerjakan proyek besar ini CM harus lebih mempunyai indikator dan tolok ukur obyektif yang sahih untuk menilai mutu gerakan kerja kemanusiaan kita. Kita perlu kepastian, bagaimana para koordinator dapat lebih tekun hadir untuk melakukan monitoring, facilitating, controlling dan supporting terhadap para anggota bidang kerja/programnya, terutama pada saat dan kesempatan kerja-kerja lapangan, rapat-rapat, komunikasi informal dan kerja jaringan. Tolok ukur pengorganisasian bidang personalia yang dapat kita gunakan adalah: equality, participation, accountability, otonomi atau desentralisasi dan swadaya. Begitupun budaya "check, re-check and balance system" harus kita gunakan untuk mengantisipasi segala kemungkinan akan terjadinya penumpukan beban, ketidakseimbangan, kegamangan, ketidakjelasan, inkonsistensi, kecairan, labilitas, dan lost-structure, macetnya komunikasi serta kemungkinan macetnya proses on-going formation (pembelajaran/pendidikan terus menerus) dari para anggota/tim kerja kita.


Jakarta, 24 November 2007

Salam,


I.Sandyawan Sumardi